Dolar AS Berusaha Menguat Saat Perang Tarif Mulai Memanas

0
88
Yen Kembali ke Jalur Penguatannya

JAVAFX – Dolar AS berusaha menguat saat perang tarif mulai memanas pada perdagangan hari ini di mana potensi penguatan dari mata uang AS ini sepertinya memang masih nyata adanya sebagai bentuk aksi mencari aset pengamannya kembali jelang rilis Beige book.

Secara umum di perdagangan sebelumnya, kondisi dolar AS sempat mengalami tekanan dari mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,1604, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3029, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7116 dan USDJPY ditutup menguat di level 111,62.
Dan untuk sementara di siang ini, EURUSD bergerak di level 1,1586, GBPUSD bergerak di level 1,3006, AUDUSD di level 0,7095 dan yen di level 111.48.

Sebelumnya, nilai dolar AS sedikit kurang bagus pada perdagangan sebelumnya setelah meskipun data pembukaan lapangan kerja baru AS masih membaik serta beberapa aksi likuiditas negara-negara yang mengalami tekanan dolar AS telah berbalik dengan menekan mata uang AS tersebut pasca Brexit mendapat lampu hijau sesaat lagi. Sebelumnya investor pernah memanfaatkan momentum mulai munculnya pengaruh kritik Presiden Trump agar bank sentral AS atau the Fed untuk menahan keinginan naiknya suku bunganya. Kritik tersebut disetujui oleh ketua the Fed Jerome Powell yang sadar bahwa ekonomi AS memang masih butuh kenaikan suku bunganya, namun dolar AS sebaiknya melemah terlebih dahulu.

Kanada masih menjadi target perang dagang menjadi makin panas lagi semakin memanas kembali seiring Jepang juga akan menjadi sasaran tembak tarif baru oleh Trump dalam waktu dekat. Dan rupanya situasi ini berhasil membuat yen menguat sejenak. Namun itu tidak akan berlangsung lama karena tekanan dari indeks dolar masih akan berlangsung selama data AS akan rilis kembali.

Sebelumnya indeks dolar menjaga ritme positifnya selama ini di mana proses perang dagang memberikan arti bahwa harga barang yang terkena tarif baru dari Presiden Trump khususnya harga barang di AS, akan mengalami kenaikannya. Sisi kenaikan inflasi di AS tentu akan mendatangkan dukungan yang kuat terhadap rencana kenaikan suku bunga ths Fed yang bisa naik secara agresif. Sinyal inflasi yang akan meninggi ini, telah dibaca investor dengan melakukan koleksi surat hutang berlatar belakang AS meski Trump tidak senang.

Inggris sendiri yang akan belum mendapatkan kemudahan dalam proses perpisahannya dengan blok Uni Eropa, telah berhasil membuat pasar terkejut dan menjadi titik balik pelemahan lagi bagi pound terhadap dolar kembali.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi