Harga minyak turun pada perdagangan di hari Kamis (27/01/2022) atau Jumat dinihari waktu Indonesia, setelah minyak mentah Brent mencapai harga tertinggi selama tujuh tahun di atas $90 per barel. Pelaku pasar melakukan aksi ambil untung guna menyeimbangkan atas kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak mentah di dunia dengan ekspektasi Federal Reserve Amerika Serikat yang akan segera memperketat kebijakan moneternya.
Sentimen negatif harga komoditi bersumber dari keputusan Bank Sentral AS, paska pertemuan dua harinya bahwa mereka kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret dan berencana untuk mengakhiri pembelian obligasi bulan itu untuk menjinakkan inflasi. Setelah pengumuman ini, Dolar AS, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan denominasi mata uang selain Dolar AS. Indeks dolar AS sendiri naik ke level tertinggi sejak Juli 2021.
Harga minyak telah melonjak di hari Rabu, dimana Brent naik di atas $90 per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun di tengah ketegangan antara Rusia dan Barat. Ancaman terhadap Uni Emirat Arab dari gerakan Houthi Yaman telah menambah kegelisahan pasar minyak.
Rusia, selaku produsen minyak terbesar kedua di dunia, dan Barat telah berselisih mengenai Ukraina, mengipasi kekhawatiran bahwa pasokan energi ke Eropa dapat terganggu, meskipun kekhawatiran difokuskan pada pasokan gas daripada minyak mentah. Mereka mengatakan jelas bahwa Amerika Serikat tidak bersedia untuk mengatasi masalah keamanan utama Moskow dalam kebuntuan mereka atas Ukraina, tetapi tetap membuka pintu untuk dialog. Sementara Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland mengatakan AS berharap Rusia akan mempelajari apa yang telah ditawarkan Washington dan kembali ke meja perundingan.
Perhatian pelaku pasar kini tertuju pada rencana pertemuan OPEC+ pada 2 Februari yang akan datang. OPEC+ kemungkinan akan tetap dengan rencana semula bahwa untuk menambah produksi minyaknya pada bulan Maret, demikian menurut beberapa sumber sebagaimana dilansir Reuters. Padahal mereka telah menaikkan target produksinya setiap bulan sejak Agustus sebesar 400.000 barel per hari (bph) karena memecahkan rekor pengurangan produksi yang dibuat pada tahun 2020. Sayangnya hingga kini, target produksi tersebut belum terpenuhi karena kendala produksi. Hal ini membuat pasar masih mengalami krisis pasokan.
Memang kondisi pasar saat ini sangat tidak menentu, dimana berita utama tentang situasi krisis antara Rusia-Ukraina masih mendominasi. Ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi. Hal ini membuat kemerosotan harga yang lebih nyata sedang dicegah oleh krisis tersebut. Pasar masih khawatir bahwa pengiriman minyak dan gas Rusia dapat terhambat jika terjadi eskalasi militer.
Harga minyak mentah Brent turun 62 sen menjadi menetap di $89,34 per barel, sementara minyak mentah AS ditutup 74 sen lebih rendah pada $86,61 per barel dalam sesi yang bergejolak dengan kedua kontrak bergerak antara wilayah positif dan negatif.