Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Bill Burns, pada Senin (14/11), mengingatkan mitranya, Kepala Badan Intelijen Rusia SVR Sergei Naryshkin, atas konsekuensi yang akan dihadapi jika Rusia mengerahkan senjata nuklir dalam invasi di Ukraina, demikian menurut seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Pejabat tersebut, yang tidak berwenang berkomentar secara terbuka dan berbicara dengan syarat anonim, mengatakan dalam pertemuan yang berlangsung di Ankara, Turki itu, Burns dan Naryshkin tidak membahas penyelesaian perang di Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut, pejabat Gedung Putih itu mengatakan Burns juga berencana mengangkat kasus hukum bintang basket Phoenix Mercury, Brittney Griner, dan eksekutif keamanan perusahaan di Michigan, Paul Whelan – dua warga Amerika Serikat yang ditahan di Rusia.
Pemerintah Biden telah mendesak Rusia untuk membebaskan keduanya dalam sebuah pertukaran tahanan.
Pertemuan Burns-Naryshkin adalah pertemuan tatap muka tertinggi antara pejabat Amerika dan Rusia sejak Februari lalu, sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Pejabat itu mengatakan pejabat-pejabat Ukraina telah diberi pengarahan sebelum perjalanan Burns ke Turki.
Seusai melangsungkan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Bali, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa mereka membahas perang Rusia di Ukraina.
Ia menambahkan, mereka “menegaskan kembali keyakinan bersama atas ancaman penggunaan senjata nuklir sebagai hal yang sama sekali tidak dapat diterima.” Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita Rusia, Tass, bahwa pembicaraan antara Burns dan Naryshkin memang “benar-benar terjadi,” dan bahwa pertemuan itu “merupakan inisiatif Amerika Serikat.” Di Turki, Direktur Komunikasi untuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, Fahrettin Altun, mengatakan kepada Associated Press bahwa negara itu telah menjadi tuan rumah pertemuan Burns dan Naryshkin pada Senin, dan bahwa pertemuan itu “terkait dengan ancaman terhadap keamanan internasional, termasuk soal penggunaan senjata nuklir.” Awal tahun ini, Turki menjadi tuan rumah pertemuan pejabat-pejabat Rusia dan Ukraina, dan memainkan peran penting dalam perjanjian yang dimediasi PBB, yang membuat Ukraina dapat kembali mengekspor gandum dan biji-bijian ke pasar dunia.
Kantor berita Turki, Anadolu, melaporkan pertemuan yang berlangsung pada hari Senin itu diselenggarakan oleh Badan Intelijen Turki (MIT).