Associated Press melaporkan bahwa diplomat top dari Amerika, China, dan Rusia mendesakkan kerja sama global yang diperkuat pada Jumat (7/5), serta kesadaran perlunya mengatasi tantangan-tantangan global serta pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tetapi mereka bertikai seputar pandangan dunia mereka yang berbeda-beda dan siapa yang seharusnya disalahkan antas ancaman terhadap multilateralisme.
Pertemuan tingkat tinggi DK PBB menandai penampilan bersama mereka, meskipun dilakukan secara virtual.
Menlu Amerika Antony Blinken hadir dalam pertemuan itu, bersama mitranya dari Rusia dan China.
Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu China Wang Yi, yang memimpin sesi ini sebagai pemimpin dewan bulan ini.
Meskipun ada perbedaan-perbedaan besar khususnya seputar HAM dan demokrasi, ketiganya mengatakan, mereka siap bekerja sama dengan semua negara untuk menanggapi tantangan-tantangan internasional mulai dari pandemi COVID 19 dan perubahan iklim sampai pengakhiran konflik serta bantuan untuk orang-orang yang terpuruk.
Kata Blinken, komitmen pasca PD ke 2 oleh negara-negara untuk bekerja sama untuk menghindari konflik, mengatasi penderitaan serta membela HAM berada “dalam kekacauan yang serius” dan dia mengacu kepada nasionalisme yang muncul kembali, penindasan yang meningkat, serta persaingan yang semakin tajam.
Kata Blinken, “Tidak ada satupun negara, seberapa besarpun kuatnya – yang bisa menanggapi tantangan ini sendirian.” Itulah sebabnya Amerika akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga multilateral untuk menghentikan COVID 19, mengatasi krisis iklim, membendung penyebaran dan penggunaan senjata nuklir, mengerahkan bantuan kemanusiaan serta mengelola konflik.