nggota kongres dari Partai Republik dan Demokrat di Komite Energi dan Perdagangan DPR AS menyampaikan banyak kekhawatiran di hadapan CEO TikTok Shou Zi Chew tentang potensi aplikasi tersebut sebagai ancaman keamanan nasional AS, dengan membagikan datanya kepada pemerintah China.
TikTok mengklaim telah menghabiskan dana senilai lebih dari $1,5 miliar (sekitar Rp22,6 triliun) untuk upaya menjamin keamanan data yang ketat di bawah “Proyek Texas,” yang saat ini mempekerjakan hampir 1.500 pegawai tetap dan bekerjasama dengan Oracle Corp untuk menyimpan data pengguna TikTok di AS.
Ia juga mengatakan, TikTok menyaring ketat konten yang dapat membahayakan anak-anak.
Fokus utama sesi tanya jawab CEO TikTok di hadapan Kongres AS itu antara lain terkait jumlah data pribadi yang dikumpulkan TikTok dan siapa saja, khususnya di China, yang bisa mengaksesnya.
Chew, yang memulai kesaksiannya dengan menceritakan latar belakangnya di Singapura, mengatakan, “Kami tidak mempromosikan atau menghapus konten atas permintaan pemerintah China.” Pekan lalu, TikTok mengatakan bahwa pemerintah Presiden AS Joe Biden menuntut perusahaan induknya di China untuk melepaskan saham mereka, jika tidak, TikTok kemungkinan akan dilarang.
Ketika ditanya tentang hal itu, Chew mengatakan bahwa masalahnya “bukanlah tentang kepemilik