Euro masih melanjutkan penurunannya dan kembali menguji 1,0660 terhadap dolar AS setelah greenback masih cukup kuat dan memberikan tekanan pada aset berisiko menyusul data ekonomi Eropa yang dirilis beragam.
Diawali dengan laporan Tingkat pengangguran Jerman yang stabil di 5,6% pada bulan Mei dan pasar masih mengendalikan sentimen seputar mata uang Eropa sehingga memaksa euro turun ke level terendah di lebih dari 2 bulan terhadap dolar AS di area 1.0670-1.0660.
Penurunan euro ke level terendah dalam beberapa pekan di kisaran 1.0660 menyusul dolar AS yang masih cukup kuat dan sebagai respons terhadap data-data ekonomi dari China yang mengecewakan pada hari Rabu.
Komentar anggota Dewan ECB, M. Müller, yang menganjurkan setidaknya dua kali kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin, juga gagal menopang mata uang bersama tersebut. Selain itu, dia menganggap pasar “mungkin terlalu optimis” dengan gagasan pemangkasan suku bunga pada awal tahun 2024.
Selanjutnya, data laju Inflasi bulanan Prancis kontraksi sebesar 0,1% pada bulan Mei, sementara pada basis tahunan naik 5,1%. Di Jerman, angka Pengangguran negara ekonomi terbesar Eropa itu meningkat sebesar 9.000 orang pada Mei, dengan Tingkat Pengangguran tidak berubah di 5,6%.
Sementara itu, pergerakan euro pada hari ini diperkirakan akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan dolar AS dan bukan tidak Mungkin juga akan dipengaruhi oleh perbedaan pendekatan antara Federal Reserve (Fed) dan ECB terkait rencana mereka untuk menyesuaikan suku bunga.
Ke depannya, ucapan-ucapan hawkish dari ECB terus mendukung kenaikan suku bunga lebih lanjut, meskipun pandangan ini tampak berlawanan dengan penurunan momentum dalam fundamental ekonomi di wilayah tersebut.
Sementara itu, kekhawatiran pasar bahwa para pembuat kebijakan AS akan menolak kesepakatan untuk mengendalikan kegagalan pembayaran utang AS di Kongres juga memberikan tekanan pada Dolar AS dan memungkinkan euro kembali menguat. Selain itu, pasar saat ini menantikan rilis data JOLTs, laporan jumlah pembukaan lowongan kerja, di AS dilanjutkan dengan data Beige Book Federal Reserve yang sangat memengaruhi pergerakan dolar AS.
Jika data JOLTs, di mana pasar memperkirakan penurunan menjadi 9.41 juta dari laporan sebelumnya di angka 9.59 juta pada awal Mei, akan membuat dolar AS kembali menunjukkan kekuatannya yang berimbas pada melemahnya mata uang mayoritas dan aset lainnya termasuk emas. Selanjutnya, jika laporan Beige Book federal Reserve menunjukkan sikap bank sentral yang agresif, hawkish, akan semakin membuat greenback digdaya.
Sebaliknya, jika kedua data tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, maka akan memaksa dolar AS memangkas kenaikannya, mungkin hanya koreksi ringan dan membuat nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mayoritas dan aset lainnya akan melemah.