JAVAFX – Harga minyak berjangka berakhir melemah tajam pada perdagangan akhir pekan, Jumat (01/03). Baik minyak mentah jenis WTI dan Brent, harus turun sekitar 3% karena para pedagang fokus pada latar belakang data ekonomi AS yang lemah dan rekor produksi dalam negeri.
Meski ada laporan yang menunjukkan bahwa penurunan produksi OPEC mencapai posisi terendah dalam empat tahun ini, namun gagal mendukung kenaikan harga. Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak hanya memompa 30,68 juta barel per hari pada Februari, turun 300.000 barel per hari dari sebulan sebelumnya dan terendah sejak 2015, menurut survei dari Reuters yang dirilis Jumat.
Pasar telah mengantisipasi penurunan produksi ini dan memberi harga pada OPEC untuk memperpanjang pengurangan produksi mereka sampai akhir tahun. Namun pelaku pasar masih perlu katalis baru untuk mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih tinggi.
Pada hari Jumat, minyak mentah AS, West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan April berakhir turun $ 1,42, atau 2,5%, menetap di harga $ 55,80 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga kehilangan sekitar 2,6% selama sepekan ini, namun naik 6,4% untuk catatan perdagangan selama sebulan.
Sementara minyak mentah Brent, untuk kontrak pengiriman bulan Mei ditutup pada harga $ 65,07, atau turun $ 1,24, sebesar 1,9%, di ICE Futures Europe. Harga berdasarkan kontrak bulan depan mengalami kerugian mingguan 3,2% setelah naik 6,7% untuk Februari.
Harga minyak mentah yang turun ini bisa menarik perhatian para pialang yang melihat bahwa pemangkasan produksi OPEC akan menjadi pendorong kenaikan harga secara konsisten. Pun demikian, data ISM AS yang muncul bisa menjadi sumber keraguan.
Sebagaimana dikabarkan bahwa data yang lebih lemah dari perkiraan pada aktifitas manufaktur AS dan sentimen konsumen, di tengah penurunan aktivitas pabrik China ke level terendah dalam tiga tahun, meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan energi global.
Pada hari Jumat, dikabarkan bahwa aktifitas manufaktur Amerika tumbuh dalam laju paling lanbat dibulan Februari sejak Donald Trump menjadi Presiden pada November 2016. Dimana survei manufaktur oleh ISM turun menjadi 54,2 pada Februari dari 56,6. Sementara itu, pembacaan akhir dari indeks sentimen konsumen Universitas Michigan juga memudar di bulan Februari, dengan pembacaan 93,8, di bawah konsensus ekonom sebesar dari 95,6.
Harga minyak sempat naik pada perdagangan sebelumnya, harga minyak A.S. memperpanjang kenaikan dari penurunan mingguan pasokan minyak mentah domestik dan harga patokan global bulan depan lebih rendah pada data ekonomi China yang lebih lemah, yang memicu kekhawatiran atas perlambatan permintaan. Kedua harga patokan ini dibulan Februari berakhir naik, tercatat sebagai kenaikan dalam hitungan bulan yang kedua secara berturut-turut.
Perlu diketahui bahwa produksi minyak mentah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) turun 550.000 barel per hari di bulan Februari, menjadikan total penurunan produksi minyak kartel sejak Oktober menjadi 2,2 juta barel per hari. Angka itu jauh lebih tinggi dari 800.000 barel per hari yang disetujui OPEC dari tingkat Oktober.
OPEC, yang dipimpin secara de facto oleh Arab Saudi, dan 10 produsen di luar kartel, yang dipimpin oleh Rusia, setuju pada Desember untuk secara kolektif menahan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari selama paruh pertama tahun ini.
Sementara Lembaga Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa pasokan minyak mentah AS secara tak terduga turun 8,6 juta barel. Penurunan diikuti lima minggu berturut-turut. Data mingguan lebih luas menunjukkan bahwa produksi minyak mentah AS telah melonjak di atas rekor 12 juta barel per hari. Pemerintah memperkirakan produksi minyak mentah rata-rata 12,4 juta barel per hari tahun ini.
Namun, pihak Baker Hughes pada hari Jumat melaporkan bahwa jumlah kilang pengeboran AS yang aktif turun 10 hingga 843 minggu ini. Itu menandai penurunan minggu kedua berturut-turut dan menyiratkan potensi penurunan output. (WK)