JAVAFX – Bursa saham Asia turun pada perdagangan hari Selasa (28/1) sore, di tengah kekhawatiran virus Corona yang terus menyebar dan semakin berdampak ke pasar keuangan global serta meningkatkan cengkeraman kuat pada investor.
Indeks Kospi 3,09% ditutup pada level 2.176,72, Indeks Nikkei 225 turun 0,55% pada posisi 23.215,71, Indeks S&P/ASX 200 turun 1,35% menjadi 6.994,50. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang adalah 0,81% lebih rendah.
Pasar di China dan Hong Kong ditutup pada hari Selasa untuk hari libur.
Otoritas kesehatan China mengatakan Selasa bahwa wabah koronavirus telah menewaskan 106 orang dan sebanyak 4.515 terinfeksi virus tersebut.
Sentimen yang membuat pasar bersikap risk-off (menghindari risiko) adalah penyebaran virus Corona yang semakin luas membuat pelaku pasar khawatir terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia. Sudah lebih dari 2.000 kasus virus Corona terjadi di China dengan korban jiwa mencapai 82 orang. Tidak hanya di China, virus ini juga sudah menyebar ke berbagai negara di Asia, Amerika, sampai Eropa.
Virus Corona berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China. Perayaan libur Tahun Baru Imlek membuat virus ini menyebar luas dan cepat, karena tingginya mobilitas masyarakat. Zhou Xianwang, Wali Kota Wuhan, mengakui bahwa upaya pengendalian virus di kota yang dipimpinnya kurang baik. Bahkan dia siap mundur jika memang harus demikian.
Gara-gara virus Corona, perayaan Imlek di China menjadi gloomy. Bahkan Wuhan seolah menjadi kota mati, tidak ada aktivitas berarti saat semestinya warga bersuka cita menyambut tahun baru. Imlek yang biasanya menjadi puncak konsumsi rumah tangga di Negeri Tirai Bambu berubah 180 derajat. Sepertinya dalam waktu dekat konsumsi rumah tangga masih belum bisa diandalkan sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami menutup kota untuk menghentikan penyebaran virus, tetapi sepertinya kami sudah menorehkan nama buruk di buku sejarah. Kalau memang dibutuhkan, saya siap mundur sebagai bentuk permintaan maaf. Ketua Partai (Komunis) Wuhan Ma Guoqiang dan saya akan bertanggung jawab,” kata Zhou dalam wawancara dengan CCTV, seperti dikutip dari Reuters.
Padahal China adalah pendorong pertumbuhan ekonomi Asia, bahkan dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi China tumbuh 6% pada 2020. Namun seiring kelesuan konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor akibat penyebaran virus Corona, maka angka tersebut jadi penuh tanda tanya. Selain konsumsi, aktivitas dunia usaha juga tentu terganggu. Jadi investasi dan ekspor juga kemungkinan besar bakal melambat. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi China akan susah keluar dari jalur pelambatan.
Dengan perkembangan ini, sangat wajar investor enggan bermain di aset-aset berisiko. Lebih baik mengamankan diri dengan memburu aset aman (safe haven) seperti emas atau yen Jepang. Rupiah yang kekurangan peminat tidak punya pilihan selain melemah.