Perang dagang antara Cina dan Amerika nampaknya semakin kuat. Cina bereaksi keras ketika Trump mengumumkan bahwa Amerika di awal September 2019 akan mengenakan tarif 10% atau US$ 300 Milyar terhadap barang-barang Cina yang belum kena biaya tarif impor sebelumnya. Cina menegaskan bahwa mereka siap menjalani perang dagang jika hal itu tak terhindarkan.
Kemarin Cina telah membiarkan nilai tukar Yuan melemah, pertama kali sejak tahun 2008 di mana US$1 senilai CNY 7. Tapi nilai ini bukan berdasarkan mekanisme pasar melainkan berdasarkan kurs tengah Yuan yang di tetapkan oleh Bank Sentral Cina (PBoC) dan mata uang Yuan yang di perkenankan melemah atau menguat tidak melebihi 2% dari nilai kurs tengah tersebut. Retaliasi oleh Cina dengan memperlemah mata uang Yuan di atas level psikologis CNY 7 per Dolar AS sebagai respon atas pengenaan tarif oleh AS terhadap Cina. Hal ini menunjukkan bahwa perang dagang memasuki fase baru.
Tindakan Cina di khawatirkan akan semakin meningkatkan ketegangan perang dagang yang akan menggiring ekonomi global semakin melemah, dengan adanya aksi flight to quality yang di tandai dengan turunnya Yield obligasi AS ke 1.71% dan saham S&P500 yang harganya merosot dalam sehari 3.5%.
Jika perang dagang ini akhirnya semakin memanas, maka kemungkinan The Fed akan kembali menurunkan suku bunga sebanyak dua kali lagi jelang akhir tahun 2019 ini kembali terbuka lebar. Hal ini juga telah di prediksi oleh Goldman Sachs. Jika suku bunga The Fed akhirnya di pangkas kembali secara agresif sesuai ekpektasi pasar, maka Dolar AS akan semakin melemah terhadap berbagai mata uang dan Emas.