China pada Rabu (23/5) mengatakan telah menyiapkan tiga penanda di wilayah perairan Laut China Selatan yang disengketakan untuk “memastikan keselamatan navigasi dan operasi kapal.” Tiga penanda itu berupa pelampung di laut atau boya (buoy) yang berfungsi sebagai tanda navigasi.
Boya-boya laut itu disebar oleh Pusat Layanan Navigasi Selatan yang bertugas di bawah Kementerian Transportasi China.
Pusat layanan itu menyebutkan ada tiga “boya ringan” yang disebar di laut dekat karang Huoai, Niue, dan Nanxun di Kepulauan Nansha.
Menurut harian China Global Times, penyebaran boya “berfungsi tidak hanya untuk memberikan keselamatan navigasi, tetapi juga memperlihatkan bahwa China menjaga kedaulatan wilayahnya, menunjukkan bahwa China adalah pemilik sebenarnya di pulau-pulau Laut China Selatan.” Langkah Beijing tersebut dilakukan setelah pekan lalu Filipina menyebar boya navigasi laut milik mereka di wilayah perairan yang disebut Manila sebagai zona ekonomi eksklusif (ZEE) milik Filipina.
Filipina memenangkan kasus sengketa pada 2016 di pengadilan arbitrase yang didukung oleh PBB yang membatalkan klaim ekspansif China di Laut China Selatan yang kaya dengan sumber daya alam.
China dan beberapa negara lainnya di kawasan mempunyai klaim maritim yang tumpang tindih di Laut China Selatan, sehingga menimbulkan situasi yang saling bertentangan.
Pernyataan klaim China yang didasarkan pada “sembilan garis putus-putus”, yakni garis ungu pada peta resmi China, menunjukkan klaim Beijing di Laut China Selatan berdasarkan sejarah masa lalu.