China pada Rabu (15/2) mengatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap entitas AS terkait dengan ditembak jatuhnya balon yang diduga Washington sebagai balon mata-mata Beijing di lepas Pantai Timur Amerika.
Dalam konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin tidak memberikan informasi detail terkait hal tersebut dan tidak menyebutkan target entitas yang dimaksud.
China mengatakan balon itu adalah pesawat cuaca tak berawak yang secara tidak sengaja terlempar keluar jalur.
Beijing menuduh AS bereaksi berlebihan dengan menembaknya jatuh dengan rudal yang ditembakkan dari jet tempur F-22.
Sejak jatuhnya balon pada 4 Februari, AS telah memberikan sanksi kepada enam entitas China yang diyakini terkait dengan program kedirgantaraan Beijing.
Setelah awalnya menyesali atas masuknya balon ke wilayah udara AS, China kemudian malah membalas tindakan Washington dengan mengatakan AS melakukan tindakan spionase.
Beijing juga bahkan juga mengancam akan membalas tindakan serupa.
“China dengan tegas menentang ini dan akan mengambil tindakan balasan sesuai dengan undang-undang terhadap entitas AS yang relevan yang merusak kedaulatan dan keamanan China,” kata Wang pada Rabu (15/2).
China akan “dengan tegas menjaga kedaulatan nasional dan hak serta kepentingannya yang sah,” kata Wang.
Sementara itu Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel, Rabu (15/2), mengatakan intrusi balon China adalah bagian dari pola perilaku agresif Beijing.
Emanuel menggarisbawahi tindakan militer China yang menyoroti kapal patrol penjaga pantai Filipina dengan laser tingkat militer baru-baru ini.
Selain itu ia juga memberikan sejumlah tindakan China lainnya, seperti pelecehan terhadap pesawat AS oleh jet China, dan pembukaan kantor polisi ilegal China di AS, Irlandia, dan negara lain.
“Balon bagi saya bukanlah insiden yang terisolasi,” kata Emanuel.
Jika China ingin menjadi anggota komunitas internasional yang dihormati, “maka Anda bertindak dengan tepat pada premis dasar tertentu.
Artinya, Anda tidak membuka kantor polisi di negara lain tanpa mengetahui hukum mereka seolah-olah hukum Anda tidak memiliki batasan,” katanya.
“Ini bukanlah kualitas dan karakteristik dari kebijakan bertetangga yang baik,” kata duta besar tersebut, merujuk pada jangkauan China ke negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.