Bursa Asia Ditutup Rebound Meski Covid-19 Terus Memakan Korban

0
85

JAVAFX – Bursa saham Asia naik diakhir perdagangan hari Rabu (12/2) karena investor mengabaikan kekhawatiran atas wabah Covid-19 yang sedang berlangsung.

Indeks Shanghai naik 0,87%, ditutup pada level 2.926,90, Indeks Hang Seng 1,1% lebih tinggi, Indeks Nikkei 225 naik 0,74% menjadi ditutup dilevel 23.861,21, Indeks KOSPI naik 0,69% berada dilevel 2.238,38, Indeks S&P/ASX 200 menyelesaikan hari perdagangannya naik 0,47% dan berakhir pada level 7.088,20.

Secara keseluruhan, Indeks MSCI Asia ex-Jepang ditutup 0,8% lebih tinggi.

Semalam, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan dalam sambutannya di hadapan anggota parlemen AS bahwa fed tersebut memantau secara ketat dampak dari wabah virus corona yang mematikan di Cina.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada Kongres pada hari Selasa bahwa ekonomi AS berada di tempat yang baik, bahkan ketika ia mengutip ancaman potensial dari virus corona di China dan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi jangka panjang.

“Secara khusus, kami memantau dengan cermat munculnya virus corona, yang dapat menyebabkan gangguan di China yang meluas ke seluruh ekonomi global,” katanya.

Dengan resiko seperti berkurangnya ketidakpastian kebijakan perdagangan dan stabilisasi pertumbuhan global. “kami menemukan ekonomi AS berada di tempat yang sangat baik, berkinerja baik,” kata Powell kepada Komite Layanan Keuangan DPR AS. Ekspansi ekonomi AS sekarang di tahun ke-11, adalah rekor terpanjang.

“Tidak ada alasan mengapa ekspansi tidak dapat dilanjutkan,” katanya, mengulangi pandangan bank sentral bahwa kisaran target saat ini untuk biaya pinjaman jangka pendek, antara 1,50% dan 1,75%, adalah “tepat” untuk menjaga ekspansi tetap berjalan.

“Pertanyaan yang akan kami tanyakan adalah apakah ini efek yang terus-menerus yang dapat menyebabkan penilaian kembali material terhadap prospek tersebut dan masih terlalu dini untuk diketahui,” katanya.

Sementara itu, Pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada hari Rabu (12/2) bahwa China memiliki ruang untuk mengambil langkah-langkah stimulus fiskal jika kondisi perekonomiannya melambat tetapi tidak boleh mengabaikan reformasi struktural dan langkah-langkah untuk mengatasi pertumbuhan kredit yang cepat.

Changyong Rhee, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, mengatakan sementara masih terlalu dini untuk menilai dampak wabah virus corona terhadap ekonomi Asia, dimana itu bisa menambah risiko pada prospek pertumbuhan kawasan.

“(Kami) tidak ingin menyangkal peristiwa ini pasti meningkatkan risiko penurunan. Terutama risiko penurunan akan besar bagi negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan China,” katanya dalam konferensi pers di Tokyo.

Kementerian Kesehatan China seperti dilansir AFP mencatat, jumlah korban yang meninggal dunia karena akibat terjangkit virus corona kini bertambah 94 mencapai 1.107 jiwa dan ada 1,638 kasus baru sehingga total menjadi 44,138 di seluruh dunia serta kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China.