JAVAFX – Brexit berhasil hilangkan supremasi dolar AS pada perdagangan sesi Asia siang ini dimana arah pergerakan ini sebagai upaya investor menangkap sinyal kuat bahwa mata uang AS haruslah mulai dilemahkan pasca rilis data tenaga kerja AS.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan sebelumnya, kondisi greenback mengalami tekanan dari beberapa mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,1595, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3023, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7112 dan USDJPY ditutup menguat di level 111,11.
Dan untuk sementara di pagi ini, EURUSD bergerak di level 1,1597, GBPUSD bergerak di level 1,3036, AUDUSD di level 0,7120 dan yen di level 111,44.
Pound dan mata uang utama dunia lainnya, memang masih bergerak dengan sisi penguatannya terhadap dolar AS di mana ini merupakan bentuk perlawanan pasar dari pergerakan minggu sebelumnya yang di mana indeks dolar atau greenback menguat cukup besar sebagai upaya investor yang khawatir terhadap masa depan ekonomi dunia dengan ekskalasi tarif yang masih belum selesai serta keinginan akan naiknya suku bunga the Fed yang makin kuat.
Setelah krisis Turki muncul 2 pekan lalu, di mana tarif baru impor logam Turki ke AS menyebabkan mata uang dunia anjlok dan membuat khawatir investor akan masa depan ekonomi global yang konon kabarnya bisa memunculkan aksi gagal bayar dari hampir seluruh negara di dunia. Situasi ini membuat pasar sempat panik di mana mata uang euro dan non dolar AS lainnya mengalami aksi jual yang besar dibarengi juga rencana kenaikan suku bunga the Fed yang masih kuat keinginannya.
Apalagi kinerja beberapa negara berkembang juga sedang dalam masalah khususnya karena masalah penurunan kinerja sehingga membuat mata uangnya mengalami tekanan besar dari dolar AS. Di sisi lain, beberapa agenda ekonomi AS yang membaik memang sempat membuat mata uang AS mendominasi pergerakan pasar sebelumnya. Apalagi kegiatan dari Presiden Trump sangat membingungkan pelaku pasar dimana Trump selalu menyerang negara lain dan berdalih bahwa tidak memberikan rasa adil dalam berdagang, maka akan segera muncul perang tarif. Contoh terakhir adalah Jepang yang akan menjadi sasaran tembak Trump.
Dengan China sendiri pihak Trump juga sudah siap-siap dengan tarif baru kembali sehingga potensi safe haven makin besar adanya.
Potensi penguatan indeks dolar akan selalu muncul jika masalah perang dagang mengemuka, namun masalah Brexit yang sedikit menemui jalan barunya, kemungkinan besar akan menjadi jalan masuk penguatan awal dari pound dan euro terhadap dolar AS. Hal ini perlu dilakukan oleh Trump pasca rilis data tenaga kerja AS akhir pekan lalu.
Sebelumnya Inggris sudah mendapat kata setuju dari Jerman untuk masa transisi ketika Inggris keluar dari Uni Eropa sehingga potensi soft-Brexit memang akan terjadi. Dan Michel Barnier sudah setuju jika Inggris keluar baik-baik dari Uni Eropa dalam waktu dekat.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi