JAVAFX – Pada pertemuan resmi pertamananya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu (19/1) waktu setempat bahwa memperingatkan Rusia agar tidak mengulangi serangan kimiawi seperti yang terjadi pada eks mata-mata Sergei Skripal di Salisbury, 2018 lalu.
Dalam sela-sela pertemuan yang membahas tentang krisis Libya di Berlin, Jerman, Johnson mengatakan kepada Putin bahwa hubungan antara London dan Moskow tidak akan kembali normal sampai Rusia mengakhiri “kegiatan destabilisasi-nya”.
Dalam pernyataan resmi di kantor PM Inggris, Downing Street menjelaskan “Jelas tidak ada perubahan dalam posisi Inggris terkait [kasus] Salisbury, yang merupakan penggunaan senjata kimia secara sembarangan dan upaya berani untuk membunuh orang tak berdosa di tanah Inggris serta serangan seperti itu tidak boleh terjadi lagi.”
Selain itu, Johnson mengatakan kepada Putin bahwa mereka berdua memiliki tanggung jawab untuk menangani masalah keamanan internasional termasuk Libya, Suriah, Irak dan Iran. Namun, dialog ini tidak berarti bahwa hubungan London dengan Kremlin kembali ke jalurnya.
Rusia diketahui telah berulang kali menolak tudingan bahwa petugas badan intelijen militernya, GRU, menggunakan agen saraf yang kuat untuk meracuni Skripal sebagai balasan atas tindakannya menjadi agen ganda di Inggris dan negara Barat lainnya.
Akibat serangan pada Maret 2018 itu, Skripal dan putrinya, Yulia, koma. Namun, mereka selamat dan sejak saat itu bersembunyi. Insiden ini kemudian semakin memperburuk hubungan London dan Moskow.
Sebelumnya, London dan Washington mengidentifikasi bahwa GRU merupakan alat utama Rusia yang mengancam keamanan kepentingan Barat di luar negeri. Dua negara bersekutu ini juga menuduh agensi mata-mata itu berusaha meretas pengawas senjata kimia di Den Haag pada 2018 untuk memata-matai investigasinya tentang penggunaan agen saraf di Suriah.
Para pejabat Inggris telah mengidentifikasi dua orang Rusia yang dicurigai mengirimkan agen saraf ke Salisbury sebagai agen GRU, yakni Alexander Mishkin dan Anatoly Chepiga. Kedua pria tersebut memasuki Inggris dengan menggunakan paspor palsu dan tertangkap CCTV berjalan di Inggris selatan tak lama sebelum Skripal dan Yulia ditemukan terpuruk di bangku taman.
Mishkin dan Chepiga kemudian mengatakan kepada televisi Rusia bahwa mereka adalah wisatawan yang pergi ke Salsbury untuk melihat katedral setempat.