Pada Jumat malam waktu Indonesia para pelaku pasar keuangan terkejut akan hasil data NFP dan tingkat pengangguran AS yang dirilis membaik namun dengan angka spektakuler. Data NFP telah keluar dari area negatif dari -20.687.000 ke 2.509.000, tingkat pengangguran turun drastis dari 14.7% ke 13.3%, jauh dari prediksinya 19.4%. Hal ini membuat bursa saham Amerika dan dunia melesat naik. Namun ternyata ada laporan bahwa data tenaga kerja AS sudah tidak akurat selama dua bulan ini.
Kemarin BLS (Bureau Labor Statistics) mengakui telah terjadi kesalahan menghitung dalam survei karena menghitung 4.9 juta orang bekerja (padahal seharusnya menganggur). Jika terjadi koreksi maka tingkat pengangguran AS semestinya sebesar 16.1% di bulan Mei 2020, bukan 13.3% dan di bulan April 2020 seharusnya 19.5% bukan 14.7%.
Ada yang menduga hasil ini berhubungan dengan politik karena semakin dekat dengan pemilihan presiden AS di tahun ini, namun hal ini di bantah oleh BLS karena bila di koreksi hasilnya maka mereka khawatir di anggap sebagai manipulasi politik. Namun di lihat dari hasilnya baik jika di revisi atau tidak maka tingkat pengangguran AS tetap terlihat mengalami penurunan dan inilah yang di harapkan para analis agar tingkat pengangguran di AS semakin menurun seiring dengan mulai banyaknya perusahaan-perusahaan yang melakukan rekrutmen lagi setelah lockdown di akhiri.