Blok regional Afrika Barat, Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), mengatakan pada Kamis (3/2) mereka akan mengerahkan pasukan ke Guinea-Bissau untuk membantu menstabilkan negara itu menyusul kudeta yang gagal awal pekan ini.
Blok regional beranggotakan 15 negara itu membuat keputusan tersebut setelah pertemuan puncak di ibu kota Ghana, Accra, Kamis.
Mereka tidak memberikan perincian tentang kekuatan dan kapan pasukan akan dikerahkan.
ECOWAS mengerahkan misi serupa ke negara itu dari 2012 hingga 2020 setelah kudeta, untuk membantu mencegah militer campur tangan dalam politik dan melindungi para pemimpin politik.
Pemerintah Guinea-Bissau mengatakan pada Rabu malam bahwa penyerang dalam upaya kudeta yang gagal pada Selasa bermaksud untuk membunuh presiden dan merupakan bagian dari skenario rahasia dengan dana cukup dan direncanakan dengan ketat.
Tidak disebutkan siapa yang diyakini berada di balik upaya kudeta itu, meskipun Presiden Umaro Sissoco Embalo sebelumnya telah mengisyaratkan upaya itu mungkin terkait dengan perdagangan narkoba internasional.
Pemerintah mengatakan 11 orang tewas dalam serangan itu, termasuk tujuh anggota pasukan keamanan yang menyelamatkan Embalo dan perdana menterinya.
Seraya memberikan perincian baru tentang peristiwa itu, pemerintah mengatakan bahwa orang-orang bersenjata tak dikenal yang mengenakan pakaian sipil menyerbu rapat dewan menteri pada Selasa, membuat para peserta terkejut.
“Cara bertindak para penyerang dengan jelas mengungkapkan bahwa tujuan serangan bersenjata itu adalah pembunuhan semua pihak berwenang yang hadir di ruang dewan menteri,” kata pernyataan itu.
“Kekuatan sarana dan amunisi yang digunakan menunjukkan bahwa serangan ini direncanakan dengan ketat, mengandalkan pendanaan dari sektor-sektor yang memiliki kemampuan finansial dalam jumlah yang sedemikian besar untuk memobilisasi material, logistik, dan sumber daya manusia.” Salah satu penyerang –seorang anggota unit polisi militer– dan tiga warga sipil tewas bersama dengan tujuh personel keamanan, katanya.
Pihak berwenang masih mencari mereka yang berada di balik rencana itu, katanya.
Embalo sebelumnya mengatakan dia tidak percaya tentara terlibat dalam upaya kudeta.
Serangan itu adalah upaya kudeta ke-10 di Guinea-Bissau sejak mendapatkan kemerdekaan dari Portugal pada 1974, dan yang terbaru dari serangkaian tindakan serupa di Afrika Barat dalam 18 bulan terakhir, termasuk dua di Mali, satu di Guinea dan satu di Burkina Faso minggu lalu.
Peristiwa itu tampaknya menjadi khas Guinea-Bissau, negara berpenduduk sekitar 2 juta orang di mana hanya satu presiden yang berhasil menyelesaikan masa jabatannya.
Negara yang menggunakan bahasa yang sama dengan Brazil dan Portugal ini dikenal sebagai titik transit utama kokain Amerika Latin menuju Eropa, dan menjadi lokasi keluar dan masuk utama dalam jaringan penyelundupan global.