Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Jumat (5/8), bahwa latihan militer China yang ditujukan ke Taiwan, termasuk misil yang ditembakkan ke zona ekonomi eksklusif Jepang, merupakan “eskalasi yang signifikan” dan bahwa ia telah mendesak Beijing untuk menghentikan aksi-aksinya.
China menggelar latihan tersebut setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan yang membuat marah Beijing, yang mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya.
Blinken mengatakan kepada wartawan, di sela-sela pertemuan dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Kamboja, bahwa kunjungan Pelosi itu damai dan tidak mencerminkan perubahan dalam kebijakan Amerika terhadap Taiwan.
Blinken menuduh China menggunakannya sebagai dalih untuk meningkatkan aktivitas militer provokatif di dalam dan sekitar Selat Taiwan.
Ia mengatakan situasi ini telah mendorong berlangsungnya pembicaraan serius selama pertemuan KTT Asia Timur di Phnom Penh di mana ia dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengambil bagian bersama dengan negara-negara ASEAN, Rusia dan lainnya.
“Saya menegaskan kembali poin-poin yang telah kami ungkapkan, baik ke publik maupun secara langsung kepada sejawat-sejawat kami di China, dalam beberapa hari terakhir, tentang fakta bahwa mereka tidak boleh menggunakan kunjungan (Pelosi) sebagai dalih untuk perang, memicu eskalasi, atau mengambil tindakan provokatif.
Tidak mungkin ada pembenaran atas apa yang mereka lakukan dan mendesak mereka untuk menghentikan aksi-aksinya, katanya.
Blinken tidak melangsungkan pertemuan tatap muka dengan Wang tetapi mengatakan bahwa ia sebelumnya telah berbicara dengan menteri luar negeri China itu tentang kemungkinan kunjungan Pelosi ke Taiwan pada saat berlangsungya pertemuan di Bali.
Saat itu, katanya, ia telah menjelaskan posisi AS.
Ketika KTT Asia Timur dibuka, Wang menepuk pundak Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov saat memasuki ruangan dan melambaikan tangan kepada Lavrov yang sudah duduk sebelum mengambil tempat duduknya sendiri.
Lavrov melambaikan tangannya sebagai balasan.
Blinken, menteri luar negeri terakhir yang memasuki ruangan, bahkan tidak melirik ke arah Lavrov saat ia mengambil tempat duduknya sendiri yang berjarak beberapa kursi dari Lavrov, atau pada Wang yang duduk lebih jauh di meja yang sama dengan Lavrov.
Menjelang pembicaraan Phnom Penh, Departemen Luar Negeri AS mengindikasikan Blinken tidak memiliki rencana untuk melangsungkan pertemuan empat mata dengan salah satu menteri tersebut.
Pada hari Kamis, China membatalkan pertemuan menteri luar negeri dengan Jepang untuk memprotes pernyataan dari negara-negara Kelompok 7 yang mengatakan tidak ada pembenaran untuk latihan militer Beijing, yang secara terang-terangan mengepung Taiwan.
Jepang, bersama dengan anggota G-7 lainnya dan Uni Eropa, membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab yang menuduh China.
Mereka mengacaukan yang benar dan yang salah, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying di Beijing.
Ketika Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa mulai berbicara pada hari Jumat di KTT Asia Timur, baik Lavrov dan Wang sama-sama berjalan keluar ruangan untuk melakukan pembicaraan pribadi, kata seorang diplomat yang berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan.
Setelah peluncuran misil China ke zona ekonomi Jepang, Blinken mengatakan AS mempertahankan solidaritas yang kuat dengan Jepang menyusul “tindakan berbahaya yang diambil China.