Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut penutupan surat kabar independen Hong Kong, Apple Daily, sebagai “hari yang menyedihkan bagi kebebasan pers di Hong Kong dan seluruh dunia,” menyalahkan China atas “penindasan yang intensif.” “Melalui penangkapan, ancaman, dan pemaksaan melalui Undang-Undang Keamanan Nasional yang menghukum kebebasan berbicara, Beijing bersikeras menggunakan kekuatannya untuk menekan media independen sekaligus membungkam perbedaan pendapat,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
Presiden AS itu menuduh Beijing mengingkari “kebebasan dasar dan menyerang otonomi dan institusi serta dan proses demokrasi di Hong Kong.” Perusahaan induk pro-demokrasi Apple Daily yang berbasis di Hong Kong mengumumkan, Rabu (23/6), bahwa publikasi mereka akan ditutup minggu ini.
Keputusan penutupan Apple Daily itu diambil hampir seminggu setelah lebih dari 500 polisi menggerebek kantor surat kabar itu dan menangkap pemimpin redaksi, Ryan Law, bersama empat eksekutif surat kabar itu dan penerbit Next Digital.
Pihak berwenang telah membekukan aset senilai $2,3 juta, sehingga perusahaan itu tidak dapat membayar stafnya.
Ryan Law dan pimpinan eksekutif Cheung Kim-hung didakwa telah berkolusi dengan negara asing, dan tidak diberi kesempatan bebas dengan jaminan.
Apple Daily dan penerbitnya, Jimmy Lai yang berusia 73 tahun, pendiri sekaligus pemilik Next Digital, telah menjadi target otoritas Hong Kong sejak China memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang ketat Juni lalu.
Kantor surat kabar itu digerebek Agustus 2020 setelah Lai ditangkap di rumahnya atas dugaan kolusi dengan pihak asing.