Presiden Amerika Serikat masih mengidap COVID-19 setelah hasil tes yang dilakukan pada Selasa (2/8) menunjukkan bahwa ia masih positif terjangkit virus tersebut dalam kasus yang para dokter sebut sebagai kasus “rebound”.
Dalam sebuah memo Gedung Putih, dokter presiden, Dr.Kevin O’Conner, mengatakan Biden kembali mengalami “batuk-batuk,” meskipun “suhu tubuh, detak jantung, tekanan darah, dan laju pernafasan, serta saturasi oksigennya berada dalam kondisi normal.” “Dia tidak lagi demam dan semangatnya bagus,” kata O’Conner.
Biden, yang berusia 79 tahun, pertama kali dinyatakan positif mengidap COVID-19 pada akhir Juli, dan pada Rabu (27/7) lalu dinyatakan sembuh setelah meminum obat anti-virus Paxlovid selama beberapa hari dan hasil uji medisnya menunjukkan negatif.
Selang tiga hari kemudian, ia kembali terjangkit COVID-19.
Kasus kambuh kembali terjadi dalam sejumlah kecil pasien yang mengkonsumsi obat Paxlovid, sebuah pil yang dibuat oleh Pfizer dan diizinkan untuk diberikan kepada pasien yang mempunyai risiko tinggi.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), kebanyakan kasus kambuh kembali ini menimbulkan sakit ringan, dan tidak ada laporan terjadinya komplikasi yang serius.
Juru bicara Gedung Puith Karine Jean-Pierre mengatakan kepada reporter pada Senin (1/8), presiden kemungkinan masih mengalami gejala dari infeksi COVID-nya yang pertama, seraya mengatakan bahwa “gejala minimum itu akan bertahan untuk beberapa waktu, jadi hal itu dapat diantisipasi.” Selama infeksi COVID-19 yang pertama, gejala yang dialami Biden mencakup pilek, rasa letih, suhu tinggi, dan batuk.
O’Conner menulis dalam memonya pada Sabtu (30/7) bahwa Biden tidak menunjukkan gejala, tetapi dia tidak mengatakan apakah Biden mengalami gejala-gejala dalam memo terbarunya yang dirilis pada Minggu dan Senin.
Sejak hasil tes ulang COVID-19 masih menunjukkan tanda positif, Biden telah membatalkan perjalanan ke Michigan dan ke rumahnya di Delaware.
Pada Senin malam, dia menyampaikan pidato di hadapan sejumlah kecil wartawan dan menjaga jarak, tentang tewasnya pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri dalam serangan pesawat nirawak Amerika pada Minggu (31/7) .