Sebagai tanda yang jelas bahwa India semakin penting bagi Amerika Serikat, Gedung Putih akan menggelar acara sambutan dengan penuh kebesaran untuk kunjungan resmi kenegaraan dan makan malam kenegaraan Perdana Menteri Narendra Modi pada hari Kamis (22/6).
Presiden Joe Biden sebelumnya hanya dua kali menggelar tata penghormatan demikian, yakni untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, keduanya pemimpin negara sekutu AS.
Selama lebih dari dua dekade, pemerintahan AS telah memperlakukan India sebagai mitra utama.
Presiden Amerika berturut-turut dari Bill Clinton, George W.
Bush, Barack Obama dan Donald Trump telah melakukan penerbangan 15 jam ke New Delhi.
Namun tidak ada presiden Amerika yang pernah memberi Modi apa yang akan dilakukan oleh Biden minggu ini – serangkaian acara penuh penghormatan dan keramahtamahan Gedung Putih, termasuk upacara penyambutan pada kedatangan dan pelepasan pada keberangkatan dengan upacara militer penuh, resepsi makan malam mewah, dan akomodasi di Blair House, wisma resmi yang terletak di seberang jalan dari Gedung Putih.
Modi juga akan diundang untuk berbicara pada pertemuan gabungan Kongres pada hari Kamis, untuk kedua kalinya berbicara kepada anggota parlemen Amerika setelah pidatonya pada tahun 2016.
Pendahulunya, Atal Bihari Vajpayee dan Singh, menyampaikan pidato pada tahun 2000 dan 2005.
Kepentingan Geostrategis Biden memiliki setidaknya dua alasan untuk menggelar karpet merah bagi Modi: untuk mendukung peran India di kawasan itu untuk mengimbangi China dan menjauhkannya dari kemungkinan pembelian senjata Rusia.
India adalah satu-satunya negara yang terlibat dalam konflik terbuka dengan China dalam beberapa dekade terakhir.
Dari sudut pandang Washington, kemitraan yang kuat dengan New Delhi sangat penting untuk mewujudkan visi AS tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, kata Ely Ratner, asisten menteri pertahanan untuk urusan keamanan Indo-Pasifik, pada acara baru-baru ini di Center for a New American Security, sebuah wadah pemikir yang menangani kebijakan pertahanan dan keamanan nasional.
Bentrokan telah meletus antara tentara China dan India di perbatasan kedua negara yang diperebutkan sepanjang 3.400 kilometer, yang terakhir terjadi pada Desember 2022.
Kedua pihak meningkatkan militerisasi sehingga meningkatkan potensi eskalasi antara kedua kekuatan bersenjata nuklir itu.
Pemerintah AS mendukung modernisasi militer New Delhi, kata Ratner, dan bekerja untuk lebih mengintegrasikannya ke dalam pangkalan industri pertahanan AS dan sekutu lainnya, termasuk Jepang, Australia, dan Filipina.
Awal bulan ini, Washington dan New Delhi menandatangani peta jalan kerja sama pertahanan untuk beberapa tahun ke depan, sebuah langkah yang akan mendukung ambisi pembuatan senjata India.
Media lokal melaporkan bahwa dalam kunjungannya, Modi akan menandatangani kesepakatan senilai $3 miliar untuk membeli lebih sejumlah drone bersenjata Predator untuk pengawasan di sepanjang perbatasan India dengan China dan Pakistan.