Biden dan Yoon Sepakat Tak Ada Senjata Nuklir untuk Korsel

0
79
President-elect Joe Biden speaks Wednesday, Nov. 25, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Sebagai imbalan atas peran pengambilan keputusan yang lebih besar dalam perencanaan darurat AS apabila terjadi serangan nuklir Korea Utara, Korea Selatan telah setuju untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya sendiri.

AS dan Korea Selatan akan mengumumkan kesepakatan itu hari Rabu (26/4), sewaktu Presiden Joe Biden menerima mitranya dari Korea Selatan, Presiden Yoon Suk Yeol, di Gedung Putih.

Kunjungan kenegaraan Yoon itu juga dimaksudkan untuk merayakan 70 tahun hubungan bilateral dan untuk membahas hubungan kedua sekutu tersebut pada masa mendatang.

“Deklarasi Washington” adalah hasil serangkaian langkah yang dirundingkan selama berbulan-bulan dan dimaksudkan untuk mengukuhkan komitmen pencegahan AS terhadap Republik Korea (Korea Selatan), kata seorang pejabat senior dalam pengarahan kepada wartawan, Selasa.

Berdasarkan kesepakatan itu, pejabat tersebut mengatakan Seoul akan “mempertahankan status non-nuklirnya dan terus mematuhi semua ketentuan terkait statusnya sebagai penandatangan Perjanjian Nonproliferasi (NPT).

Perjanjian yang diratifikasi Korea Selatan pada tahun 1975 ini melarang pihak negara-negara mengembangkan senjata nuklir.

Kedua negara juga akan membentuk Kelompok Konsultasi Nuklir AS-Korea Selatan (NCG), suatu “mekanisme konsultasi bilateral reguler yang akan berfokus pada isu-isu perencanaan strategis serta nuklir dan akan memberi sekutu Korea Selatan kita wawasan tambahan mengenai bagaimana kami memikirkan perencanaan mengenai kemungkinan masalah besar yang mendesak,” lanjut pejabat itu.

Selain berbagi informasi yang lebih besar, Seoul akan memiliki peran lebih besar dalam pertimbangan pengerahan senjata AS, lanjutnya.

Mekanisme NCG ini mirip dengan cara AS mengoordinasikan keputusan pencegahan nuklirnya dengan beberapa sekutu di NATO selama Perang Dingin.

Keraguan semakin besar Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Korea Selatan, yang ditandatangani pada tahun 1953 pada akhir Perang Korea, membuat Washington berkomitmen untuk membantu Korea Selatan membela diri, terutama dari kemungkinan serangan Korea Utara.

Tetapi karena Pyongyang melangkah cepat dengan program senjata nuklirnya, termasuk membuat rudal yang dapat membidik kota-kota di Amerika, ada keraguan yang kian besar di kalangan warga Korea Selatan mengenai apakah Washington akan mempertaruhkan keselamatannya sendiri untuk melindungi Seoul dan apakah Seoul harus terus mengandalkan “penangkalan AS yang luas,” suatu istilah yang juga dikenal sebagai payung nuklir Amerika.

Memberi Korea Selatan peran yang lebih besar dalam pertimbangan strategis AS merupakan langkah yang diperlukan untuk mengatasi perasaan rentan yang kian besar di negara itu dalam menghadapi ancaman nuklir dari Pyongyang, kata Scott Snyder, direktur program AS-Korea di Dewan Hubungan Luar Negeri.

Melalui Deklarasi Washington, pemerintahan Biden sedang berusaha menunjukkan bahwa janjinya untuk membela Korea Selatan “kredibel dan kokoh,” kata Snyder kepada VOA.