Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping secara tatap muka pada Senin (14/11) untuk pertama kali sejak ia menjabat.
Isu soal kekhawatiran AS terkait Taiwan, perang Rusia di Ukraina dan ambisi nuklir Korea Utara akan menjadi prioritas agenda Biden dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan tatap muka yang telah lama diantisipasi itu akan terjadi ketika hubungan antara kedua negara berpengaruh di dunia itu memburuk ke titik terendah dalam puluhan tahun.
Keduanya akan bertemu di Bali, menjelang KTT G20 yang mempertemukan para pemimpin negara dengan ekonomi maju dan berkembang.
Biden memasuki pertemuan itu pasca kemenangan besar Partai Demokrat di Senat AS, perkembangan yang diakui para pemimpin global.
Sementara Xi memenangkan masa jabatan ketiganya bulan lalu.
“Saya tahu saya datang ke pertemuan ini dengan kuat, tapi saya tidak perlu itu.
Saya tahu Xi Jinping, saya menghabiskan waktu lebih lama dengannya dibandingkan pemimpin dunia yang lain,” kata Biden kepada VOA di Kamboja pada Minggu (13/11) setelah hasil pemilu paruh waktu keluar.
“Tidak pernah ada miskalkulasi tentang …
di mana posisi kita masing-masing.” Presiden AS itu berharap untuk bisa membangun “dasar bagi hubungan” dengan China dan memastikan terdapat peraturan yang mengikat kompetisi antara kedua negara itu.
Biden baru-baru ini mengatakan ia tidak bersedia membuat konsesi dasar apapun ketika bertemu Xi, dan bahwa ia ingin kedua pemimpin memasang “garis merah” dan memecahkan konflik.
Pertemuan itu diperkirakan tidak akan menelurkan hasil konkret maupun pernyataan gabungan, kata Gedung Putih.
Namun, hal itu bisa membantu menstabilisasi ikatan yang ditandai dengan meningkatnya ketegangan terkait berbagai isu, mulai dari Hong Kong dan Taiwan, hingga Laut Cina Selatan, praktek perdagangan paksa dan pembatasan AS terhadap teknologi China.