Presiden AS Joe Biden akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping 14 November mendatang di sela-sela KTT G20 di Bali, kata Gedung Putih hari Kamis (10/11), dalam pertemuan tatap muka pertama setelah Biden menjadi presiden.
“Para pemimpin akan mendiskusikan upaya untuk menjaga dan memperdalam jalur komunikasi,” juga untuk “mengelola persaingan secara bertanggung jawab dan bekerja sama di mana kepentingan kita selaras, terutama pada tantangan transnasional,” ungkap Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean Pierre dalam sebuah pernyataan.
Kedua pemimpin sebelumnya pernah bertemu sebelum Biden menjadi presiden.
Mereka telah beberapa kali berkomunikasi melalui sambungan telepon dalam 22 bulan terakhir, namun pandemi COVID-19 dan keengganan Xi untuk bepergian ke luar negeri membuat mereka tak pernah bertemu secara langsung.
Pertemuan di sela-sela KTT di Bali itu dilakukan setelah Xi mencetak sejarah pada bulan lalu dengan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China untuk masa jabatan ketiga, yang otomatis membuatnya juga menjadi presiden China untuk periode ketiga.
Sementara itu, Biden dapat menghadapi perjalanan yang lebih sulit selama dua tahun ke depan setelah pemilu paruh waktu Selasa lalu kemungkinan membuat Partai Republik merebut kendali salah satu atau justru kedua majelis Kongres AS.
Kedua negara memiliki hubungan investasi dan perdagangan dalam jumlah besar.
Namun pada saat yang sama keduanya saling menantang pengaruh militer dan diplomatik satu sama lain, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Mereka juga tengah menghadapi kemungkinan konflik terkait Taiwan, sekutu dekat AS yang diyakini Xi berada di bawah kendali Beijing.
Pada hari Rabu, Biden mengaku sudah dengan jelas menyatakan kepada Xi bahwa dirinya “mengharapkan persaingan, bukan konflik.” Biden mengatakan mereka akan mendiskusikan Taiwan, namun menambahkan bahwa sikap AS terkait pulau itu “tidak berubah sama sekali sejak semula.” Topik lainnya yaitu peningkatan uji rudal yang dilakukan Korea Utara, yang dinilai AS dan sekutunya sebagai ancaman yang semakin besar terhadap Asia Timur.
Washington ingin Beijing menekan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk menghentikan kegiatan tersebut dan menjalin perundingan denuklirisasi.
“Ini adalah sebuah bidang di mana China dan Amerika Serikat punya sejarah bekerja sama,” kata salah seorang pejabat senior pemerintah AS kepada wartawan.
Biden mengatakan pada Rabu (9/11) bahwa ia ingin menjabarkan “satu per satu batasan kita, untuk memahami apa yang diyakini [Xi] menjadi kepentingan nasional utama China, apa yang menjadi kepentingan utama AS, dan untuk menentukan apakah itu semua saling bertentangan satu sama lain.” “Dan jika memang bertentangan, bagaimana cara untuk mengatasi dan menuntaskannya,” tambahnya.
Pejabat pemerintahan Biden mengatakan tidak akan ada pernyataan bersama dari kedua pemimpin setelah pertemuan tersebut.