Presiden AS Joe Biden telah menyetujui pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, “pada prinsipnya,” dan hanya jika Rusia “tidak melanjutkan aksi militer,” kata Gedung Putih Minggu malam.
Pernyataan dari sekretaris pers Jen Psaki menyebutkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov akan terlebih dulu mengadakan pembicaraan pekan ini di Eropa.
Keterlibatan diplomatik ini berlangsung pada waktu AS memperingatkan kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina, dengan para pejabat menjelaskan bahwa AS dan sekutu-sekutu Baratnya siap menjatuhkan sanksi-sanksi hukuman sambil tetap memprioritaskan resolusi damai bagi krisis yang telah berlangsung berbulan-bulan.
“Kami selalu siap untuk diplomasi,” kata Psaki.
“Kami juga siap untuk menetapkan konsekuensi yang cepat dan berat apabila Rusia memilih perang.
Dan sekarang ini, Rusia tampaknya melanjutkan persiapan untuk serangan berskala penuh terhadap Ukraina dalam waktu sangat dekat.” Biden membahas situasi itu dalam percakapan telepon pada Minggu (20/2) dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan Nasionalnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan ia juga berbicara dengan Macron mengenai situasi di Ukraina Timur, di mana dalam beberapa hari ini berlangsung penembakan terus menerus antara kelompok separatis Rusia dan pasukan Ukraina.
Zelenskyy mencuit seruan untuk “bungkam” dan mengatakan ia mendukung pembicaraan dengan Kelompok Kontak Trilateral yang mencakup Rusia, Ukraina dan Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa.
Meskipun para pemimpin Rusia membantah rencana untuk menginvasi Ukraina, kekhawatiran bahwa Putin siap memerintahkan gerakan semacam itu telah meningkat dalam beberapa pekan ini sementara Rusia mengerahkan lebih banyak tentara dan peralatan di perbatasan dengan Ukraina, dan pengumuman bahwa latihan militer di Belarus, negara tetangga di utara Ukraina, tidak akan berakhir pada hari Minggu seperti yang direncanakan.
Secara keseluruhan, Rusia memiliki sekitar 150 ribu tentara di wilayah itu.
Sementara itu Blinken dalam acara televisi CNN “State of the Union” hari Minggu mengatakan bahwa pengerahan oleh Rusia, serangan siber terhadap kementerian pertahanan dan bank-bank besar Ukraina pekan lalu serta pecahnya pertempuran baru di Ukraina Timur mengisyaratkan bahwa Rusia “mengikuti strateginya” menjelang perang berskala besar.
“Semua yang mengarah ke invasi telah terjadi,” kata Blinken.
Separatis di Ukraina Timur telah mengklaim bahwa pasukan Kyiv sedang merencanakan serangan di sana, klaim yang dibantah Ukraina.
Pada Konferensi Keamanan Munich akhir pekan lalu, Zelenskyy mempertanyakan mengapa AS dan sekutu-sekutu Baratnya, yang telah bertekad untuk menerapkan sanksi-sanksi ekonomi yang cepat dan berat jika Rusia menginvasi Ukraina, belum melakukan hal tersebut.
Blinken mengatakan, “Begitu Anda menerapkannya, Anda kehilangan penangkis” bagi upaya mencegah invasi, dan jika Barat mengumumkan sanksi-sanksi tertentu yang akan dijatuhkannya, Rusia “dapat berencana melawannya.” Namun Blinken mengatakan, “Sebelum tank-tank dikerahkan” dan misil diluncurkan, para pemimpin Barat akan “berusaha melakukan semuanya untuk mengubah” pikiran Putin, “untuk membuatnya keluar dari apa yang telah ia putuskan.” Reuters melaporkan pada Minggu (20/2) malam bahwa suatu paket awal sanksi-sanksi dapat mencakup langkah untuk melarang lembaga keuangan AS memproses transaksi untuk bank-bank besar Rusia, serta menempatkan warga dan perusahaan Rusia tertentu dalam daftar pihak yang khusus ditetapkan AS, yang akan menghalangi mereka menggunakan sistem perbankan AS, melarang mereka terlibat perdagangan dengan warga Amerika dan membekukan aset mereka di AS.