Presiden Amerika Joe Biden pada Kamis (14/1) bertemu dengan para anggota Senat dari faksi Demokrat dalam usaha terakhir untuk merombak UU pemilihan negara ini.
Sementara itu seorang anggota faksi Demokrat secara terbuka mengatakan tidak akan mendukung usaha untuk mengubah aturan legislatif Senat guna mengatasi tentangan pihak faksi Republik untuk menggolkan aturan pemilihan nasional yang baru.
Presiden Biden telah bertemu dengan kaukus Demokrat di Senat ketika makan siang guna menyuarakan dukungannya bagi dua langkah yang akan meningkatkan pengawasan federal atas pemilihan kongres dan presiden, serta memberlakukan aturan pemilihan yang seragam di seluruh negara.
RUU ini akan menghapus regulasi yang lebih ketat dalam pemilihan yang diprakarsai oleh badan-badan legislatif di tingkat negara bagian dan yang dikuasai oleh Partai Republik.
Ketika berangkat ke Kongres, Biden menyuarakan sedikit optimisme dengan peluangnya untuk meraih persetujuan anggota-anggota badan itu sehubungan dengan produk legislatif tersebut, dan kepada wartawan dia mengatakan, “Saya harap ini akan terlaksana.
Namun jawaban sejujurnya adalah, saya tidak tahu apakah ini bisa terlaksana.” Sementara lima puluh anggota faksi Republik di Senat – yang total berjumlah 100 senator – menentang kedua produk legislatif yang didukung Biden, Faksi Demokrat hanya bisa meloloskannya dengan mengubah aturan filibuster Senat yang mengharuskan pendukung sebuah produk legislatif mengumpulkan super-mayoritas 60 suara.
Faksi Demokrat bermaksud meloloskan RUU ini dengan mayoritas sederhana 50 plus satu suara tambahan dari Wapres Kamala Harris.
Namun sebelum Biden tiba di Capitol untuk bertemu dengan senator-santor faksi Demokrat, Senator Kyrsten Sinema dari Arizona mengatakan dalam pidato di Senat, bahwa dia mendukung hak memilih tetapi tidak akan mendukung aturan filibuster untuk meloloskannya.
Seorang senator faksi Demokrat lainnya, Joe Manchin dari West Virginia, juga secara konsisten menyuarakan tentangannya terhadap perubahan aturan filibuster ini.