Biden akan bertemu Presiden Filipina di Gedung Putih pada 1 Mei

0
91

Presiden Amerika Serikat akan bertemu dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, di Gedung Putih pada 1 Mei untuk membahas kerjasama ekonomi dan wilayah Indo-Pasifik, menurut pernyataan dari Manila dan Washington pada Jumat.

Hubungan kedua negara sekutu itu semakin hangat sejak Marcos mulai menjabat pada Juni lalu.

Dia menghapuskan sikap pejabat sebelumnya yang anti-AS serta berpihak terhadap China, melawan Washington di wilayah tersebut.

Kedua pemimpin juga akan membahas tentang kerjasama ekonomi lebih lanjut, kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada sebuah pernyataan.

“Dalam kunjungan itu, Presiden Biden akan menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Serikat dalam hal perlindungan Filipina, dan para pemimpin akan membahas upaya untuk meningkatkan hubungan Amerika Serikat dan Filipina yang sudah terjalin sejak lama,” kata pernyataan tersebut.

Istana presiden mengatakan pada Jumat (21/4) bahwa dalam perjalanan keduanya ke Amerika Serikat, yang dilaksanakan dalam waktu kurang dari setahun, Presiden Marcos akan ke Washington dari tanggal 30 April sampai 4 Mei untuk bertemu dengan Biden dan anggota kabinet lainnya.

“Hal itu akan meningkatkan upaya untuk memperdalam hubungan politik secara lebih substansial, mewujudkan kerjasama sosial dan ekonomi yang lebih langgeng, serta meningkatkan kerjasama dalam pertahanan dan keamanan,” kata Gedung Putih.

Mereka juga menyebutkan bahwa Presiden Marcos akan berupaya untuk memperkuat hubungan dalam sektor pertanian, energi, perubahan iklim, transformasi digital, bantuan kemanusiaan, rantai pasok, serta infrastruktur.

Awal bulan ini, Filipina menyebutkan empat pangkalan militer tambahan yang bisa diakses oleh Amerika Serikat sebagai bagian dari upayanya untuk menanggulangi masalah dari China.

Minggu lalu, duta besar China untuk Manila menuduh Filipina berusaha menyulut api dengan cara memberikan akses ke pangkalan militernya ke Amerika Serikat.

Saat ini, lebih dari 17,000 tentara Filipina dan Amerika Serikat mengadakan pelatihan bersama di negara Asia Tenggara itu.

Hal tersebut menuai kritik dari China.