Pembuat kebijakan di Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve pada Rabu (15/12) bergerak agresif untuk mengatasi inflasi yang melesat, yang memicu kenaikan harga.
Para pembuat kebijakan mengumumkan bahwa mereka akan segera mengakhiri stimulus yang diberikan guna mengatasi penurunan ekonomi akibat pandemi virus corona, dan mengisyaratkan bahwa akan terjadi tiga kali kenaikan suku bunga acuan pada tahun depan.
Dengan lonjakan harga konsumen yang mencapai 6,8 persen pada November lalu, yang merupakan peningkatan terbesar dalam hampir 40 tahun, Bank Sentral Amerika mengatakan akan bergerak lebih cepat untuk menurunkan laju program pembelian aset yang besar pada bulan Maret, dan bukan pada pertengahan 2022 sebagaimana rencana semula; dan hal ini akan digunakan untuk meningkatkan perekonomian negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia itu dari perlemahan akibat pandemi COVID-19.
Dalam sebuah pernyataan setelah melangsungkan pertemuan kebijakan selama dua hari di Washington DC, Bank Sentral Amerika mengatakan pembelian obligasi dapat diakhiri lebih cepat “mengingat perkembangan inflasi dan peningkatan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.” Untuk saat ini Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol, standar yang diawasi secara luas dan mempengaruhi suku bunga yang dibayar konsumen untuk meminjam uang guna membeli barang-barang mahal seperti mobil, dan bagi pebisnis untuk membiayai perluasan operasi atau membeli mesin.
Tetapi Bank Sentral mengatakan ketika mereka mengakhiri pembelian miliaran dolar obligasi, maka pihaknya dapat menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat point persentase sebanyak tiga kali pada tahun 2022.
Ini dilakukan untuk menjaga agar inflasi tetap terkendali, tanpa menimbulkan masalah lain di pasar Amerika.
Direktur Bank Sentral Jerome Powell mengatakan pada wartawan “perkembangan ekonomi dan perubahan prospek perekonomian menjamin evolusi kebijakan moneter ini.” Ia menambahkan bahwa kondisi “ekonomi telah membuat kemajuan pesat dengan penyerapan tenaga kerja yang maksimum.” Meskipun hanya sebagian kecil warga Amerika yang perlu membeli mobil baru atau bekas, semua orang tetap perlu makan.
Jadi dalam beberapa bulan terakhir ini mereka sangat terpukul oleh kenaikan tajam harga pangan dan BBM.
Meskipun demikian saat ini harga BBM kembali turun seiring turunnya harga minyak mentah dunia.
Satu jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa 80 persen warga Amerika menilai harga di swalayan sekarang ini terlalu tinggi.
Powell memberi isyarat perubahan kebijakan itu dua minggu lalu ketika ia mengatakan Bank Sentral perlu bertindak untuk menjaga agar inflasi tetap terkendali.
“Hampir semua pihak memperkirakan bahwa inflasi akan turun secara signifikan pada paruh kedua tahun depan,” ujar Powell, “tetapi kita tidak bisa bertindak seolah-olah kita yakin akan hal itu.
Kita sama sekali tidak yakin akan hal itu.” Pernyataan Bank Sentral di akhir pertemuan dua hari itu menyatakan “kemajuan vaksinasi dan meredanya isu pasokan diharapkan akan mendukung perbaikan yang berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi dan lapangan kerja, serta mengurangi laju inflasi.” Powell juga menambahkan “risiko terhadap prospek ekonomi tetap ada, termasuk yang ditimbulkan oleh varian baru virus corona.”