Departemen Kehakiman AS mengumumkan langkah keras untuk menindak jaringan fentanil global, dengan menuntut delapan perusahaan kimia asal China dan 12 pegawai mereka sehubungan dengan krisis opioid mematikan yang melanda AS.
Dalam delapan dakwaan berbeda yang diumumkan di Florida, jaksa federal menuduh perusahaan-perusahaan itu dan pegawai mereka memproduksi fentanil dan metamfetamin, mendistribusikan opioid sintetik dan memasok bahan kimia untuk memproduksi obat-obatan terlarang tersebut.
“Kami tahu bahwa rantai pasokan fentanil global yang berakhir dengan kasus-kasus kematian warga Amerika ini seringkali bermula dari perusahaan kimia di China,” ungkap Jaksa Agung AS Merrick Garland dalam konferensi pers di Washington.
“Pemerintah Amerika Serikat fokus untuk memutus setiap mata rantai tersebut, mengeluarkan fentanil dari masyarakat kita, dan menyeret mereka yang menyebarkan fentanil ke meja hijau,” ujarnya.
Ini adalah kedua kalinya Departemen Kehakiman AS mendakwa perusahaan-perusahaan China dan pegawai mereka karena menyelundupkan bahan kimia pembuat fentanil ke AS.
Pada Juni lalu, empat perusahaan produsen bahan kimia asal China, serta delapan pejabat dan pegawai mereka didakwa melakukan perdagangan ilegal bahan kimia yang digunakan untuk membuat fentanil.
Dua orang terdakwa ditangkap dalam kasus tersebut.
Fentanil, yang merupakan opioid sintetik yang dapat menyebabkan kematian dengan dosis sekecil beberapa butir garam, telah menimbulkan kekacauan di Amerika Serikat.
Lebih dari 105.000 warga AS meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang sejak Februari 2022 hingga Januari 2023, menurut data Departemen Kehakiman.
Sebagian besar kematian itu melibatkan fentanil atau analognya, yang secara kimiawi serupa namun seringkali lebih mematikan.
Kini, fentanil menjadi penyebab utama kematian warga Amerika Serikat usia 18-49 tahun, menjadikannya ancaman narkoba paling mematikan yang pernah dihadapi AS, menurut pejabat penegak hukum.
Krisis fentanil dipicu oleh rantai pasokan global yang terbentang dari China, di mana bahan kimia itu diproduksi, hingga Meksiko, tempat para kartel mengoplos obat tersebut dan menyelundupkannya melintasi perbatasan ke Amerika Serikat.
Badan Penegak Obat-obatan AS (DEA) mengatakan pihaknya menyerang setiap aspek rantai pasokan global, menarget para produsen, penyelundup dan distributor fentanil.
“Delapan kasus ini adalah hasil upaya DEA menyerang rantai pasokan fentanil di China,” kata kepala DEA Anne Milgram dalam konferensi pers.
Selain prekursor (senyawa pembentuk) dan analog fentanil, perusahaan-perusahaan China juga mengekspor zat aditif berbahaya berupa xylazine dan nitazine ke AS dan Meksiko, katanya.
“DEA tidak akan berhenti sampai kita menumpas ancaman ini,” kata Milgram.
Kasus-kasus yang diumumkan pada Selasa itu mencakup dua distrik di Florida, tempat para terdakwa diduga mengirimkan obat tersebut dan prekursornya.
Di Distrik Tengah Florida, lima perusahaan China dan delapan warga negaranya menghadapi tuduhan mengimpor fentanil dan bahan kimia terkait fentanil secara ilegal ke AS.
Jaksa mengatakan, para terdakwa secara terang-terangan mengiklankan kemampuan mereka untuk menghindari bea cukai AS dan mengirimkan fentanil ke Florida dan daerah lainnya di AS.
Di Distrik Selatan Florida, tiga perusahaan China serta empat pejabat dan pegawainya menghadapi dakwaan memperdagangkan fentanil dan opioid sintetik, mengimpor bahan kimia prekursor, menipu layanan pos AS, serta membuat dan menggunakan prangko palsu.