Anggota diaspora kelompok Muslim minoritas Uighur menyambut baik laporan yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tentang upaya China memanipulasi opini global mengenai kawasan Xinjiang yang terletak di bagian barat wilayah negara tersebut.
Namun, kelompok tersebut mengatakan pendekatan yang dilakukan oleh China itu bukanlah hal yang baru.
Direktur Eksekutif “Campaign for Uyhgurs” yang berkantor di Washington DC, Rushan Abbas, mengatakan “kami telah menyoroti kampanye disinformasi China tentang genosida Uighur selama bertahun-tahun.” Ia menambahkan, “merupakan hal yang menggembirakan melihat Departemen Luar Negeri AS akhirnya mengakui masalah yang ada, dan mengonfirmasinya melalui laporan yang tepat waktu ini.” Laporan yang dirilis pada Rabu (24/8) itu, menuduh China berusaha untuk “mencerabut,” meminggirkan dan melecehkan mereka yang kritis terhadap perlakuan China pada Uighur.
Laporan berjudul “Upaya RRC Memanipulasi Opini Publik Global tentang Xinjiang” menyatakan bahwa Beijing secara aktif berusaha mendominasi diskusi global tentang Xinjiang dan mendiskreditkan laporan yang berasal dari sumber-sumber independen.
Menurut laporan tersebut, taktik yang digunakan Beijing sama dengan “represi transnasional digital.” Laporan itu juga mencantumkan trolling dan cyberbullying sebagai metoda untuk membungkam perbedaan pendapat.
AS juga menuduh China menyangkal kritik dari sumber-sumber media independen, dengan memperkuat “cerita positif….” Untuk melawan tuduhan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.” Banyak negara dan organisasi HAM di Barat menuduh China telah melakukan genosida, kerja paksa, dan secara sewenang-wenang menahan sekitar satu juta warga Muslim-Turki yang sebagian besar warga Uighur, di kamp-kamp pendidikan.