Amerika Serikat, pada Selasa (31/1), mengatakan bahwa Rusia tidak mematuhi New START, perjanjian pengendalian senjata terakhir yang tersisa di antara kedua kekuatan nuklir utama dunia tersebut, ketika ketegangan meningkat akibat perang di Ukraina.
Menanggapi permintaan Kongres, Departemen Luar Negeri AS menyalahkan Rusia karena menunda inspeksi dan membatalkan perundingan, meski tidak menuduh Moskow memperbanyak hulu ledak nuklir melebihi batas yang disepakati.
“Rusia tidak mematuhi kewajibannya di bawah Perjanjian New START untuk memfasilitasi kegiatan inspeksi di wilayahnya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, menuduh penolakan Moskow “mengancam kelangsungan pengendalian senjata nuklir AS-Rusia.” “Rusia memiliki jalur yang jelas untuk kembali patuh sepenuhnya.
Yang perlu dilakukan Rusia hanyalah mengizinkan kegiatan inspeksi di wilayahnya, seperti yang dilakukannya selama bertahun-tahun di bawah Perjanjian New START, dan bertemu dalam sesi Komisi Konsultasi Bilateral,” ujarnya, merujuk pada perundingan formal yang diatur oleh perjanjian tersebut.
“Tidak ada yang menghalangi inspektur asal Rusia untuk mengunjungi AS dan melakukan inspeksi.” Moskow mengumumkan pada awal Agustus bahwa pihaknya menangguhkan inspeksi AS ke situs-situs militernya di bawah perjanjian New START.
Rusia mengatakan hal itu dilakukan untuk menanggapi tindakan AS yang menghalang-halangi inspeksi oleh Rusia, tuduhan yang dibantah Washington.
Hubungan diplomatik kedua negara adidaya itu telah mencapai titik terendah selama setahun terakhir setelah AS memimpin upaya untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia akibat perangnya di Ukraina dan mempersenjatai Kyiv dengan persenjataan senilai miliaran dolar.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, sehingga menghidupkan kembali ketakutan pada era Perang Dingin akan perang apokaliptik.
Rusia menunda perundingan di bawah perjanjian New START hingga waktu yang belum ditentukan, yang seharusnya dilakukan pada 29 November lalu di Kairo, karena menuduh AS “beracun dan bersikap mem