AS Langsungkan Pembicaraan Iklim dengan China

0
54

Utusan iklim AS John Kerry bertemu dengan rekan-rekan sejawatnya dari China, Rabu (1/9).

Mereka melangsungkan pembicaraan mengenai usaha-usaha pengurangan polusi oleh dua ekonomi terbesar di dunia itu.

Hubungan antara Washington dan Beijing sebetulnya tegang belakangan ini karena perselisihan perdagangan, teknologi, dan HAM, tetapi kedua pihak telah mengidentifikasi bahwa krisis iklim sebagai bidang yang memungkinkan mereka menjalin kerja sama.

Sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia, China memperoleh sekitar 60 persen sumber energinya dari batu bara dan merupakan sumber gas rumah kaca terbesar di dunia.

Negara itu berencana untuk membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga batu bara tetapi masih berencana untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Kerry singgah di Jepang sehari sebelumnya untuk membahas masalah iklim dengan para pejabat Jepang sebelum menuju ke China .

China menggunakan sejarah emisi AS sebagai alasan untuk menolak meninggalkan penggunaan batu bara.

Negara itu bersikeras untuk tetap memanfaatkan batu bara sementara mengembangkan energi surya dan sumber energi terbarukan lainnya.

China telah menetapkan target untuk menghasilkan 20 persen dari total konsumsi energi negara itu dari energi terbarukan pada 2025, menjadi netral karbon pada 2060 dan mengurangi total emisi mulai 2030.

Presiden Joe Biden menargetkan untuk mengurangi hingga 52 persen emisi gas rumah kaca AS pada tahun 2030, dua kali lipat target yang ditetapkan oleh Presiden Barack Obama pada kesepakatan iklim Paris 2015.

Target itu menjadikan AS sebagai salah satu negara paling ambisius dalam mengatasi perubahan iklim.

Kerry telah menyerukan upaya yang lebih kuat untuk mengekang kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri.

Ia mendesak China untuk bergabung dengan AS dalam usaha mengurangi emisi karbon sesegera mungkin.

Upaya dekarbonisasi global akan menjadi sorotan pada konferensi PBB yang akan diadakan di Glasgow, Skotlandia, pada akhir November, yang dikenal sebagai COP26.