AS Amati Pergerakan Rusia dan China di Timur Tengah

0
55

Jenderal tertinggi di Angkatan Udara Amerika Serikat di Timur Tengah, Letjen Alexus Grynkewich, pada Kamis (21/7), menyampaikan kekhawatiran atas pengaruh Rusia dan China yang menguasai wilayah tersebut ketika negara-negara adidaya bersaing untuk mendapatkan pengaruh dan militer di kawasan Timur Tengah.

Saat melangkah ke peran barunya di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang letaknya ribuan mil dari gurun panas di luar ibu kota Qatar, Grynkewich memikul tanggung jawab operasi militer di Irak, Suriah, Afghanistan dan di seluruh wilayah itu.

Ia sebelumnya menjabat sebagai direktur operasi di Pusat Komando di Tampa-Florida.

Grynkewich menyampaikan pernyataan itu ketika ketegangan melanda kawasan tersebut terkait perkembangan pesat program nuklir Iran dan pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara adidaya yang menemui jalan buntu.

Dalam beberapa bulan terakhir ini Iran dengan cepat meningkatkan persediaan bahan bakar nuklirnya yang mendekati tingkat pembuatan senjata, memicu kekhawatiran akan terjadinya eskalasi.

Iran juga memiliki sentrifugal yang lebih canggih, yang berdasarkan kesepakatan nuklir tahun 2015 telah dilarang.

Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, secara sepihak meninggalkan kesepakatan itu pada 2018.

Beberapa minggu terakhir ini pasukan Amerika Serikat telah melihat berkurangnya serangan yang menarget seluruh wilayah itu karena lemahnya kesepakatan gencatan senjata antara kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran dengan koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi, tambah Grynkewich.

Proses pembentukan pemerintah yang sedang berlangsung di Baghdad juga membuat milisi yang didukung Iran berada dalam ketidakpastian, ujarnya.

“Seiring meredanya ancaman-ancaman lain, Amerika mempertajam fokusnya untuk menahan dan melawan pengaruh Rusia dan China di kawasan itu,” tegas Grynkewich, seraya mencatat bahwa Rusia berusaha mempertahankan pengaruhnya setelah negara tersebut lakukan di Suriah di mana Rusia membantu menyelamatkan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad dan mengubah gelombang perang itu demi kepentingannya.