AS akan Jual ke Taiwan Sistem Antitank di Tengah Meningkatnya Ancaman China

0
74

Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan sistem penyebar ranjau antitank ke Taiwan di tengah-tengah meningkatnya ancaman militer dari China.

Departemen itu hari Rabu (28/12) mengatakan, harga sistem Volcano dan semua peralatan terkait diperkirakan $180 juta.

Sistem ini mampu menyebarkan ranjau antitank dan antipersonnel baik dari kendaraan darat maupun helikopter, jenis senjata yang diyakini para pakar diperlukan lebih banyak oleh Taiwan untuk menangkis atau mengusir kemungkinan invasi China.

Untuk menunjukkan ancaman itu, militer China mengirimkan 71 pesawat dan tujuh kapal ke arah Taiwan dalam unjuk kekuatan 24 jam yang diarahkan ke pulau berpemerintahan sendiri itu, kata Kementerian Pertahanan Taiwan hari Senin (26/12).

Intimidasi militer China terhadap Taiwan telah meningkat dalam beberapa tahun ini, selain retorika dari para pemimpin tertinggi bahwa pulau itu tidak punya pilihan selain pada akhirnya menerima pemerintahan China.

Sayap militer Partai Komunis yang berkuasa, Tentara Pembebasan Rakyat, mengirimkan pesawat atau kapal ke pulau itu hampir setiap hari.

Antara Minggu pukul 6 pagi dan Senin pukul 6 pagi, 47 pesawat China telah melewati media Selat Taiwan, suatu perbatasan tidak resmi yang diterima diam-diam oleh kedua pihak, kata Kementerian Pertahanan.

Ini terjadi setelah China menyatakan kemarahan terhadap ketentuan terkait Taiwan dalam RUU pengeluaran pertahanan tahunan AS, yang kemudian menjadi praktik standar China.

China melakukan latihan militer skala besar dengan peluru tajam pada Agustus lalu sebagai tanggapan atas lawatan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Beijing menganggap kunjungan dari pemerintah negara asing ke pulau itu sebagai pengakuan de facto Taiwan sebagai negara merdeka dan merupakan tantangan terhadap klaim kedaulatan China.

Meskipun Washington hanya memiliki hubungan tidak resmi dengan Taiwan untuk menghormati Beijing, hubungan ini mencakup pertukaran pertahanan yang kuat dan penjualan peralatan militer.

Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan penjualan Volcano “merupakan kepentingan nasional, ekonomi dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerimanya untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan untuk mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel.” Departemen itu mengatakan Taiwan tidak akan “mengalami kesulitan untuk menyerap peralatan itu ke angkatan bersenjatanya,” dan bahwa penjualan itu tidak akan “mengubah keseimbangan militer dasar di kawasan tersebut.” Para analis berbeda pendapat mengenai apa yang seharusnya menjadi prioritas pertahanan Taiwan.

Sebagian menyerukan perangkat mahal seperti jet-jet tempur canggih.

Yang lainnya lebih cenderung pada kekuatan yang lebih fleksibel, dipersenjatai dengan sistem rudal berbasis di darat untuk menarget kapal-kapal, pesawat dan kapal induk musuh.

Keunggulan China yang sangat besar dalam jumlah personel dan peralatan membuat Taiwan hanya bisa memilih pendekatan yang lebih “asimetris,” kata mereka.