Apa Itu Klausul Backstop dalam Brexit dan Mengapa Diperdebatkan

0
308
UK Brexit Flag
Sebagaimana diketahui bahwa pembahasan Brexit di parlemen Inggris yang sudah disepakati antara Theressa May dan Uni Eropa menemui jalan buntu oleh karena parlemen Inggris masih memperdebatkan masalah ’Backstop’ ini. Masalah ini sempat membuat Theressa May membatalkan voting mengenai di terima atau tidaknya Draft Brexit yang telah disepakati antara Theressa May dan Uni Eropa dan memilih untuk kembali berunding dengan Uni Eropa terkait masalah ‘Backstop’ ini. Pembatalan ini sempat membuat marah beberapa anggota parlemen terhadap May terutama dari partainya sendiri partai Konservatif. Setelah 48 orang anggota Partai Konservatif mengajukan surat mosi kepada Komite 1922, maka Parlemen Inggris mengadakan voting untuk menentukan mosi percaya atau tidak kepada Theressa May Kamis lalu hari Kamis lalu yang akhirnya mosi dimenangkan oleh Theressa May dengan hasil 200 percaya kepada May dan 117 tidak percaya kepada May.
Kemenangan ini membuat May dapat kembali memperjuangkan perundingan dengan Uni Eropa terkait Klausul ‘Backstop’, walaupun Uni Eropa enggan untuk berunding kembali. Mengapa Klausul ‘Backstop’ ini begitu penting ? Apa itu ‘Backstop’ ?
Backstop merupakan klausul yang akan diimplementasikan jika Inggris dan Uni Eropa tidak menyepakati kesepakatan dagang dalam masa transisi selama 21 bulan setelah Brexit resmi dimulai pada Maret 2019.
Backstop dibuat untuk mencegah adanya Hard border (mengutamakan pendekatan keamanan di perbatasan) antara Irlandia Utara yang merupakan bagian Inggris dengan Irlandia yang merupakan anggota Uni Eropa.
Backstop menjadi masalah karena tidak ada kejelasan implementasinya dan ditakutkan akan berlaku selamanya meskipun Inggris dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan dagang. Selain itu, backstop akan membuat Irlandia Utara memiliki hubungan yang berbeda dengan Uni Eropa dibandingkan dengan bagian Inggris lainnya yang dianggap bisa mengancam kesatuan Inggris. Sebagaimana diketahui bahwa dari empat negara bagian Britania Raya, Inggris dan Wales memilih keluar dari Uni Eropa, sedangkan Irlandia dan Skotlandia memilih tetap bergabung dengan Uni Eropa.
Karena itu, apa yang diperjuangkan Theressa May hingga menjelang maret 2019 ini benar-benar menjadi perhatian penuh dari para pelaku pasar, apakah akan terjadi kesepakatan baru dengan Uni Eropa terkait Klausul ‘Backstop’ ini atau Inggris benar-benar akan keluar dari Uni Eropa tanpa adanya kesepakatan dengan Uni Eropa.