Antisipasi Pasar Makin Runyam, Harga Emas Naik Tajam

0
82
Rows of Gold bars. Financial concept. 3d rendering.

JAVAFX – Harga Emas naik tajam $ 35,40, atau 2,4%, berakhir pada $ 1.519,60. Catatan ini juga sebagai harga tertinggi sejak 2013, dalam perdagangan di hari Rabu (07/08/2019). Reli ini tercatat sebagai lonjakan kenaikan harga dalam satu hari yang paling besar untuk kontrak yang paling aktif sejak 20 Juni silam ketika emas melonjak $ 48,10 atau 3,6%.

Dorongan kenaikan harga emas didapatkan dari kehawatiran investor dengan tidak adanya kemajuan yang berarti dalam penyelesaian Perang Dagang AS – China. Bahkan kondisinya kian memanas dengan aksi saling balas tariff dan kecaman. Tak heran bila emas dengan mudah melampui harga krusial di $1500 saat ini dan diyakini masih akan berlanjut.

Upaya pelonggaran kebijakan moneter secara proaktif oleh sejumlah bank sentral secara global juga turut mendukung kenaikan harga emas saat ini.  Sebagaimana ketika The Fed menyerah pada akhir bulan lalu. Selanjutnya, sinyal yang bersifat katalis bisa mendukung dorongan harga menuju level $ 1.650 per ons. Bank sentral di India, Selandia Baru dan Thailand pada hari Rabu mengumumkan telah menurunkan suku bunga domestik mereka ke level yang lebih rendah dari yang diharapkan, menyoroti kecemasan yang berpusat pada kesehatan ekonomi di seluruh dunia.

Negara-negara tersebut bersuha mengantisipasi kondisi ekonomi global yang memburuk dari adanya kekhawatiran bahwa konflik tarif AS-Tiongkok tidak akan segera mereda. Dengan lingkungan yang demikian, dimana imbal hasil utang melayang di tingkat yang sangat rendah, dan dalam banyak kasus tingkat negatif, juga telah mendukung pembelian logam kuning, yang cenderung meningkat selama masa ketidakpastian ekonomi global.

Imbal hasil yang lebih rendah dan negatif untuk utang pemerintah, menjadi sentiment positif bagi komoditas berharga yang tidak menawarkan kupon seperti emas. Terbukti dengan lingkungan yang demikian, harga emas mengalami kenaikan selama beberapa bulan terakhir. Para investor nampak sekali mencari tempat untuk menyimpan modal yang lebih aman dalam latar belakang ekonomi yang merosot.

Untuk tahun ini, emas telah naik 18,5%. Sebagai perbandingan, Indek Dow Jones telah kembali naik 10,2% tahun ini, indek S&P 500 telah naik 14%, sedangkan Nasdaq telah naik 17,4%.

Menariknya, pembelian logam telah menyebar ke investor individu. Sebagimana terlihat aksi beli marak kepada investor ritel, pada tingkat investor individu. Secara historis, kita akan menemukan emas dalam tren naik selama beberapa bulan mendatang.

Dorongan semakin diperkuat dengan tren penurunan suku bunga lebih lanjut. Komisi Pasar Terbuka Federal (FOMC) the Fed misalnya, meski Gubernur Bank Sentral Jerome Powell merujuk pada pemotongan suku bunga poin 31 Juli sebagai “penyesuaian pertengahan siklus,” juga telah meningkatkan emas dan nafsu makan perak. Namun tetap ada harapan akan ada pemangkasan lebih lanjut.

Pasar sekarang menghargai menghadapi peluang kenaikan adanya pemotongan suku bunga AS kembali sebesar 35%, naik dari sebelumnya sebesar 15% pada hari lalu dari pemotongan 50 basis poin ke tingkat saat ini pada kisaran 2% -2,25%, dan kemungkinan 65% dari seperempat dari -pengurangan tingkat poin persentase pada akhir pertemuan kebijakan Fed berikutnya pada 18 September, berdasarkan federal-fund futures, menurut data CME Group. (WK)