Lebih dari dua bulan yang lalu, pada Hari Kemerdekaan, Presiden Joe Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat “lebih dekat dari sebelumnya untuk mendeklarasikan kebebasan dari virus mematikan (COVID-19).” Saat itu, vaksin telah mampu menurunkan angka kematian harian rata-rata akibat COVID-19 dari lebih dari 3.400 pada awal tahun menjadi sekitar 400 pada awal Juli.
Namun, penurunan itu tidak bertahan lama.
Pada hari Kamis (9/9), dengan sekitar 1.500 orang Amerika meninggal karena COVID-19 setiap hari, menurut ourworldindata.org, Biden mengumumkan langkah-langkah baru yang bertujuan untuk mengalahkan virus, termasuk “mandat vaksin” bagi pegawai pemerintah federal.
Pakar kesehatan masyarakat memuji upaya yang ditingkatkan, termasuk “mandat vaksin” yang baru dan peningkatan akses pada pemeriksaan.
Tetapi sebagian pakar mengatakan langkah-langkah itu tidak cukup jauh.
Mereka mencatat bahwa pesan simpang siur dari pemerintahan Biden pantas disalahkan atas situasi saat ini.
Meskipun vaksin dinyatakan aman, efektif, gratis dan tersedia secara luas, seperempat dari populasi orang dewasa di Amerika belum mengambil suntikan pertama.
Virus corona varian delta yang sangat menular telah menjangkiti populasi yang tidak terlindungi, bagaikan kebakaran hutan California.
Mereka membanjiri rumah sakit di beberapa bagian negara ini dan menghambat pemulihan ekonomi yang sebenarnya mulai berlangsung.
Amerika Serikat memiliki tingkat kematian tertinggi dan tingkat vaksinasi COVID-19 terendah kedua di antara negara-negara industri utama dunia, menurut ourworldindata.org.