Mengawali perdagangan emas di bulan Maret ini, harga emas berakhir dengan menguat pada Rabu (01/03/2023) waktu setempat atau Kamis dinihari waktu Indonesia. Ini merupakan kenaikan yang keempat secara berturut-turut karena pelemahan dolar AS dianggap dapat mengimbangi kenaikan dari imbal hasil obligasi AS itu sendiri. Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan April naik $8,70 menjadi $1.845,40 per ons setelah Emas membukukan penurunan harga bulanan terbesar sejak Juni 2021 pada Februari.
Kenaikan harga emas terjadi karena dolar AS melemah meskipun ada ekspektasi yang berkembang tentang kenaikan suku bunga AS ketika komite kebijakan Federal Reserve akan bertemu pada akhir bulan ini. Sementara serangkaian laporan data ekonomi yang kuat menunjukkan ekonomi AS belum cukup melambat untuk menurunkan inflasi ke target bank sentral AS sebesar 2%.
Pasar menyimpulkan bahwa putaran terakhir dari sejumlah komentar bernada hawkish dari anggota FOMC AS dan kenaikan suku bunga tambahan sekarang sepenuhnya telah diantisipasi. Penguatan yang berkelanjutan dalam imbal hasil AS, mendekati posisi tertinggi baru-baru ini, telah diimbangi oleh pelemahan dolar AS, sehingga memungkinkan para pembeli emas mendapatkan keuntungan atas.
Indeks dolar AS (ICE) terakhir terlihat turun 0,35 poin menjadi 104,52. Sementara imbal hasil obligasi AS terus naik, tentu saja kenaikan ini menjadi sentiment bearish untuk emas sebagai asset yang tidak menawarkan bunga. Yield Obligasi AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan, terakhir terlihat membayar 4,005%, naik 8,3 basis poin.
Selain sentiment pelemahan Dolar AS, kenaikan harga emas tidak luput dari kombinasi data ekonomi yang kuat milik China. Sebagaimana dilaporkan bahwa angka aktifitas manufaktur China lebih tinggi dari perkiraan. Hasil ini menyusul pembukaan kembali aktifitas di China saat ini.
Indeks manajer pembelian manufaktur resmi China naik menjadi 52,6 pada Februari dari 50,1 Januari, kata Biro Statistik Nasional pada hari Rabu, PMI non-manufaktur resmi, yang mencakup aktivitas jasa dan konstruksi di negara itu, meningkat menjadi 56,3 pada Februari, dibandingkan dengan 54,4 pada bulan Januari.
Disisi lain, pelemahan Dolar AS juga tidak luput dari penguatan Euro secara relatif. Mata uang tunggal Eropa ini melihat data domestic juga yang menunjukkan bahwa inflasi di wilayah Zona Euro bergerak lebih tinggi. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa kenaikan suku bunga bank sentral UE diperlukan lebih cepat.
Para investor sejatinya juga mempertimbangkan ketidakpastian atas jalur suku bunga di AS. Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan kepada para pemimpin bisnis di Sioux Falls, South Dakota pada hari Rabu bahwa dia “berpikiran terbuka pada titik ini tentang apakah itu 25 basis poin atau 50 basis poin.” Secara terpisah, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan Fed perlu terus menaikkan suku bunga hingga kisaran target antara 5% dan 5,25%. Kisaran tingkat target bank sentral sekarang antara 4,5% dan 4,75%.
Data ekonomi AS yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan bahwa IMP Manufaktur Global S&P AS merayap turun ke pembacaan akhir 47,3 pada Februari versus pembacaan awal 47,8. Survei manufaktur oleh Institute for Supply Management naik tipis menjadi 47,7% dari 47,4% di bulan sebelumnya, tetapi angka di bawah 50% menandakan sektor manufaktur masih berkontraksi.
Indeks dolar AS turun 0,3% pada 104,53 pada transaksi Rabu. Indeks pada hari Selasa mencatat kenaikan bulanan terbesar sejak September di bulan Februari. Greenback yang lebih lemah membantu meningkatkan harga emas. Dengan demikian, harga emas kembali menemukan beberapa dukungan untuk bisa merayap naik kembali diatas $1.830 per ons setelah hasil perdagangan di bulan Februari yang menantang dan membuat harga logam mulia merosot ke level terendah selama dua bulan.