Survei terbaru menunjukkan rakyat AS prihatin atas cara Presiden Joe Biden menangani ekonomi, meskipun pemerintahannya berulang kali menyampaikan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Hasil survei menunjukkan approval rating (tingkat kepercayaan) masyarakat AS terhadap Biden pada 38 persen Januari lalu.
VOA — Persaingan dengan Donald Trump dalam pemilu mendatang diprediksi akan semakin ketat.
Wakil Presiden AS Kamala Harris menyampaikan perkembangan perekonomian Amerika Serikat dalam salah satu kegiatan kampanye di South Carolina.
Harris menyampaikan, perekonomian AS mengalami peningkatan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Ini ditunjukkan dengan naiknya upah kerja untuk puluhan juta warga Amerika, serta dibukanya 14,5 juta lapangan pekerjaan baru.
“Hari ini, kepercayaan konsumen meningkat, dan belanja konsumen berada pada titik tertinggi.
Meski masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, perlu kami perjelas: ekonomi Amerika terus menjadi yang terkuat di dunia,” ujar Harris.
Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell, yang selama ini menjaga independensinya dari tekanan politik, menyetujui pernyataan Harris.
“Kami merasa inflasi mulai turun.
Pertumbuhan ekonomi sejauh ini kuat.
Pasar tenaga kerja kuat.
Yang sedang kami lakukan adalah mengidentifikasi titik di mana kami benar-benar yakin dengan inflasi, mengembalikannya ke 2%, sehingga kami bisa memulai proses penurunan tingkat pembatasan,” ujar Powell.
Embed share Penambahan Lapangan Kerja Kuat, Suku Bunga Bertahan hingga Pertengahan 2024? Embed share The code has been copied to your clipboard.
width px height px Teruskan di Facebook Teruskan di Twitter The URL has been copied to your clipboard No media source currently available 0:00 0:02:55 0:00 Meski begitu, survei terbaru dari lembaga riset Ipsos menunjukkan adanya peningkatan jumlah masyarakat Amerika yang tidak percaya akan hal itu.
Presiden Ipsos Public Affairs, Cliff Young, menyebut keadaan itu dapat menggerus kesempatan terpilihnya kembali Joe Biden pada pemilu mendatang.
“Posisi Biden melemah saat memasuki 2024.
Tingkat kepercayaan publik kepadanya ada pada angka 38% dan itu penting, karena berdasarkan pengalaman kami, seorang pejabat petahana dengan tingkat kepercayaan di atas 40% atau lebih, memiliki kemungkinan lebih dari 50-50 untuk memenangkan pemilu selanjutnya,” ujar Young.
Menurut Young, isu yang menjadi perhatian utama para pemilih Amerika adalah ekonomi, bukan persoalan tren yang lebih besar, melainkan hal-hal yang kecil.
Pemilih Partai Demokrat di South Carolina mendukung Biden sepenuhnya pada pemilihan pendahuluan baru-baru ini.
Meski begitu, pendukungnya mengaku juga merasakan kesulitan ekonomi seperti yang disebutkan sebelumnya.
Salah seorang dari mereka, Saundra Trower mengungkapkan.
“Harga bahan makanan mahal.
Lebih mahal dari yang kita lihat selama ini.
BBM juga.
Tapi yang membuat saya senang adalah suku bunga kredit perumahan sudah mulai turun,” ujar Trower.
BACA JUGA: Menteri Keuangan Janet Yellen Gembar-Gembor Soal Pemulihan Bersejarah dalam Ekonomi AS Pada sisi lain, Donald Trump telah membanggakan keahlian ekonominya saat berkampanye.
Namun, mantan presiden Amerika Serikat itu sedang menghadapi empat kasus kriminal, dan putusan perdata atas dugaan penipuan bisnis, di mana Trump dituduh menggembungkan harta kekayaannya secara berlebihan.
Apakah ini akan mempengaruhi para pemilih yang tampaknya sudah memiliki pilihan? Dunia akan mengetahuinya dalam pemilu Amerika Serikat pada bulan November mendatang.
[ti/ka] Forum var disqus_config = function () { this.page.url = https://www.voaindonesia.com/a/akibat-inflasi-tingkat-kepercayaan-publik-terhadap-biden-turun/7478448.html; this.page.identifier = 7478448; }; (function() { var d = document, s = d.createElement(script); s.src = https://voa-id-420.disqus.com/embed.js; s.setAttribute(data-timestamp, +new Date()); (d.head || d.body).appendChild(s); })(); Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.
Terkait Nikki Haley Dikalahkan oleh ‘Tak Satupun dari Kandidat Ini’ dalam Pemilihan Pendahuluan Partai Republik Nevada Biden Salahkan Trump atas Kegagalan RUU Keamanan Perbatasan Klaim Trump Kebal Hukum Ditolak Pengadilan Banding AS