JAVAFX – Para manajer investasi yang mengelola dana-dana lindung nilai, kembali mendorong posisi mereka untuk menambah posisi dalam asset minyak bumi di pekan lalu ke tingkat pra-pandemi. Hal ini dilakukan setelah mereka melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi global yang cepat dan berlanjutnya pembatasan produksi di antara produsen minyak serpih AS.
Setidaknya pembelian dilakukan setara dengan 52 juta barel dalam enam kontrak berjangka dan opsi minyak paling penting dalam sepekan hingga 8 Juni, demikian menurut data perdagangan. Sementara jumlah posisi bersih naik menjadi 919 juta barel, tertinggi sejak Januari 2020 sebelum pandemi berlangsung. Sebelumnya, ini merupakan yang tertinggi sejak puncaknya dicapai pada Oktober 2018 sebelum perang dagang antara Amerika Serikat dan China semakin intensif.
Posisi dana pecah dari kisaran sebelumnya 850 juta barel +/- 50 juta pada saat yang sama harga Brent keluar dari kisaran $65 +/- $5 sebelumnya dan ditutup di atas $70 per barel untuk pertama kalinya sejak 2018/19.
Sebagaimana diketahui bahwa para manajer portofolio adalah pembeli besar di bursa NYMEX dan ICE WTI naik sebanyak 28 juta barel dan Brent naik 23 juta dan hanya melakukan pembelian kecil minyak gas di Eropa sekitar 4 juta, tetapi menjual minyak diesel AS sebanyak 1 juta dan bensin sebanya 2 juta.
Di seluruh enam kontrak, posisi beli minyak yang bullish melebihi jumlah jual yang bearish dimana rasionya hampir 6:1, yang berada di persentil ke-77 untuk semua minggu sejak 2013 dan menunjukkan keyakinan tinggi bahwa harga akan naik lebih jauh.
Di NYMEX WTI, jumlah posisi jual telah turun ke level terendah selama lebih dari dua tahun karena tren naik harga yang baru memaksa penjual pendek untuk membeli kembali posisi mereka. Dalam minyak gas Eropa dan solar AS, kontrak yang paling terkait erat dengan aktivitas manufaktur, pengangkutan, dan siklus ekonomi, rasio gabungan posisi beli dan jual naik ke level tertinggi sejak 2018.
Ledakan manufaktur dan konstruksi global mendorong konsumsi besar dari sulingan menengah lainnya, bahkan ketika pembatasan penerbangan penumpang internasional terus membatasi konsumsi bahan bakar jet.
Pada saat yang sama, kurangnya respons produksi dari kelompok OPEC+ dan produsen serpih AS telah membuat produksi berjalan jauh di bawah konsumsi dan terus mengangkat harga minyak mentah.
Secara riil, harga minyak mentah sekarang berada di bagian atas distribusi selama beberapa dekade terakhir, menandakan kebutuhan mendesak akan lebih banyak output untuk menstabilkan persediaan global dan mencegah pasar terlalu panas.
Tetapi harga kemungkinan akan terus naik sampai mereka memperoleh respons output dari satu atau lebih OPEC+, Iran dengan perkiraan berakhirnya sanksi AS, produsen serpih AS atau sektor non-shale non-OPEC di luar Amerika Serikat.