Minyak Mentah Yang Harus Terseret Berbagai Kekhawatiran

0
147

Harga minyak terlihat mencatat kenaikannya dari posisi terendah tiga bulan pada hari Jumat, namun it tidak mampu mendorong minyak mentah keluar dari jalur penurunan mingguan lebih dari 5%. Ini tak lepas dari penguncian baru di beberapa negara yang menghadapi kasus lonjakan varian Delta sehingga mengurangi prospek permintaan bahan bakar.

Meluasnya penghindaran risiko oleh para pelaku pasar juga membebani minyak dan membuat dolar AS melonjak ke level tertinggi sembilan bulan di tengah sinyalemen Federal Reserve AS yang saat ini tengah mempertimbangkan pengurangan stimulus pada tahun ini.

Meningkatnya kekhawatiran terhadap pertumbuhan global telah membebani pasar minyak selama ini, bersamaan dengan penyebaran varian Delta di Asia yang berpotensi besar menghambat permintaan minyak mentah, dan dapat mengaburkan prospek harga minyak, kata analis JavaFx, Denny Yamada.

Banyak negara Asia mengkonfirmasi kasus kenaikan penyebaran virus varian Delta, seperti Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Thailand, di mana sektor industri negara tersebut membutuhkan minyak, yang juga akan terpengaruh oleh varian Delta, setelah sebelumnya Jepang melakukan perpanjangan penguncian daruratnya.

Selain itu, China telah memberlakukan pembatasan baru dengan kebijakan “tanpa toleransi” -nya, yang memengaruhi pengiriman dan rantai pasokan global. Kondisi ini semakin diperburuk dengan kondisi saling balas pembatasan kapasitas penerbangan oleh Amerika dan China.

Di Australia dan Selandia Baru, wabah varian Delta juga telah memicu penguncian yang sangat ketat di kedua tersebut.

Mendekati akhir musim puncak permintaan bahan bakar kendaraan AS dan akhir liburan musim panas di Eropa dan Amerika Serikat juga berperan melemahkan permintaan minyak.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk September, yang akan berakhir pada Jumat hari ini, naik 40 sen atau 0,6% menjadi $64,09 per barel, setelah turun 2,7% pada hari Kamis. Kontrak Oktober yang aktif diperdagangkan naik 39 sen atau 0,6% menjadi $63,89 per barel. Sementara Minyak mentah berjangka Brent naik 32 sen atau 0,5% menjadi $66,77 per barel, setelah turun 2,6% pada hari Kamis di level penutupan terendahnya sejak Mei.