Filipina memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) selama dua minggu di Ibu Kota Manila pada Jumat, ketika negara itu melaporkan 10.623 kasus baru COVID-19 yang merupakan lonjakan infeksi harian terbesar selama hampir empat bulan.
Filipina merupakan salah satu negara di Asia yang paling parah dilanda wabah COVID-19.
Negara itu selama dua minggu terakhir terus mengalami peningkatan infeksi, yang oleh pejabat kesehatan dikaitkan dengan varian virus Delta yang sangat menular.
“Pemerintah pusat bersama-sama dengan pemerintah daerah harus bertindak agresif, seolah-olah sudah ada penularan masyarakat,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire pada konferensi pers, merujuk pada varian yang sangat menular tersebut.
“Semua wilayah di wilayah ibu kota negara memiliki tingkat pertumbuhan kasus positif selama dua minggu,” ujar dia.
Lonjakan telah mendorong jumlah kasus yang dikonfirmasi di Filipina menjadi hampir 1,64 juta, sementara 247 kematian tambahan yang tercatat pada Jumat menjadikan jumlah orang yang meninggal karena COVID di negara itu menjadi 28.673.
Untuk menegakkan perintah lockdown, polisi telah mendirikan pos pemeriksaan karantina di sekitar wilayah Ibu Kota Manila, yaitu kawasan yang terdiri dari 16 kota dan dihuni oleh lebih dari 13 juta orang.
Hanya 9,8 juta orang, atau hampir sembilan persen dari 110 juta penduduk Filipina, telah divaksin penuh terhadap COVID-19.
Pejabat Manila mengatakan mereka akan menggunakan periode lockdown dua minggu untuk memvaksin empat juta orang di wilayah ibu kota.
Filipina menargetkan untuk memvaksin hingga 70 juta orang tahun ini.
Sebanyak 450 kasus terkonfirmasi varian Delta COVID-19 telah terdeteksi di Filipina.
Namun, para ahli percaya angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi sehubungan dengan kurangnya kapasitas pengurutan genom di negara tersebut.Menko PMK minta pelaksanaan vaksinasi tidak menimbulkan kerumunan