Harga Minyak Masih Melanjutkan Pelemahannya

0
151
Harga Minyak Masih Melanjutkan Pelemahannya

JAVAFX – Berita minyak di hari Jumat(26/1/2018), harga minyak masih melanjutkan pelemahannya pada perdagangan sore hari ini dimana ada unsur aksi jual lanjutan yang terjadi karena investor khawatir dengan segera musim dingin di Utara maka sisi permintaan minyak juga akan mengalami penurunan.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,08 atau 0,12% di level $65,43 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,11 atau 0,16% di harga $70,31 per barel.

Beberapa analis minyak menyatakan bahwa musim dingin segera berakhir bagi wilayah Utara dari bumi, dimana sisi permintaan dari belahan ini akan segera berkurang cukup besar. Bersamaan dengan berakhirnya puncak permintaan minyak di musim dingin, maka beberapa kilang minyak di AS dan Eropa termasuk Arab Saudi yang juga menjalani masa pemeliharaannya di mana kilang minyak Jubail milik Aramco akan tutup dan Arab Saudi akan kehilangan sekitar 400 ribu bph produksi minyaknya.

Dalam masa-masa seperti ini maka produksi penyulingan akan segera berkurang cukup besar, namun di sisi permintaan juga akan mengalami penurunan yang besar juga sehingga ini merupakan saat-saat harga minyak mengalami tekanan, itupun juga bisa besar bila dolar AS akan mengalami penguatannya kembali. Seperti kita ketahui bahwa transaksi perdagangan minyak menggunakan dolar AS sebagai alat tukarnya, sehingga bila dolar AS menguat maka harga minyak akan cenderung terlihat lebih mahal.

Namun sejauh ini harga minyak sudah naik hampir 60% sejak pertengahan tahun lalu, namun produksi minyak AS sendiri juga telah naik sekitar 17% sejak pertengahan 2016. EIA juga menyebut bahwa produksi minyak AS juga mengalami kenaikan 128 ribu bph menjadi total 9,878 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.

Produksi minyak AS tersebut sungguh mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Arab Saudi dan Rusia di mana produksi AS makin mendekati produksi minyak Rusia yang mencapai 10,98 juta bph di tahun lalu.

Hasil perdagangan beberapa hari ini ternyata telah mempersempit jarak harga atau spread antara minyak Brent dengan WTI menjadi sekitar $5 per barel dari sebelumnya yang sempat membuat jarak keduanya sekitar $7 per barel. Sempitnya spread tersebut akan memberi peluang bahwa produksi minyak AS bisa menurun di kemudian hari karena harga minyak Brent terlihat lebih murah di mana konsumen global sebetulnya lebih memilih Brent karena kualitasnya lebih bagus.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters