Biden Tegaskan Komitmen AS terhadap Klausul Pertahanan Bersama NATO

0
75
President-elect Joe Biden speaks Wednesday, Nov. 25, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan membahas revisi konsep strategisnya sewaktu para pemimpinnya, termasuk Presiden AS Joe Biden, berkumpul hari Senin di Brussels.

NATO terakhir kali memperbarui dokumen yang menguraikan tujuannya itu pada tahun 2010.

Ancaman keamanan dan tantangan yang dihadapinya telah berubah sejak itu, kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg.

“Sebagai contoh, dalam konsep strategis yang sekarang, China tidak disebut-sebut satu kali pun.

Dan perubahan iklim hampir tidak disebutkan sama sekali.

Dan tentu saja, hubungan kami dengan Rusia berada pada posisi yang sangat berbeda ketika itu dibandingkan dengan yang sekarang,” kata Stoltenberg kepada wartawan hari Jumat lalu.

“Sekarang, kita berada di titik rendah sejak Perang Dingin dalam hubungan kami dengan Rusia, dan ada serangan siber yang lebih canggih, serta banyak lagi tantangan yang telah berubah selama tahun-tahun ini.” NATO menunda pembahasan perubahan konsep strategisnya sewaktu pendahulu Biden, presiden Donald Trump, menjabat.

“Warga Eropa tidak ingin membuka Kotak Pandora semasa pemerintahan Trump karena mereka tidak tahu apa yang akan dikatakan AS,” kata Dan Hamilton, direktur program Global Europe di lembaga kajian Wilson Center.

Trump memiliki hubungan penuh ketidakpastian dengan para pemimpin aliansi militer ini, berulang kali mencaci mereka untuk meningkatkan jumlah anggaran pertahanan mereka – yang ia keliru sebut sebagai ‘iuran’ untuk NATO – dan mempertanyakan klausul pertahanan bersama NATO, yang dikenal sebagai Pasal 5.

Biden, dalam pidato kepada personel Angkatan Udara AS dan keluarga mereka di Royal Air Force Mildenhall di Inggris pada Rabu lalu mengatakan, “Di Brussels, saya akan menjelaskan bahwa komitmen AS terhadap Aliansi NATO dan Pasal 5 sangat kuat.

Ini merupakan kewajiban suci kami berdasarkan Pasal 5.” Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan hari Minggu menambahkan, “Kami akan mendukung mereka sebagaimana mereka mendukung kami.” Sullivan mengatakan kepada wartawan yang bepergian bersama dengan Biden bahwa pembicaraan hari Senin dengan NATO akan berfokus pada keamanan bersama, “persimpangan antara iklim dan keamanan,” terorisme, keamanan siber dan Rusia.

Ia mengatakan China akan dikemukakan dalam pernyataan resmi dari kelompok itu “dengan cara yang lebih kuat daripada sebelumnya.” Sewaktu tiba untuk mengikuti pertemuan hari Senin, Stoltenberg mengatakan ada berbagai peluang untuk bekerja sama dengan China dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan pengendalian senjata, tetapi NATO telah menyaksikan “penambahan militer China yang signifikan” dan “perilaku memaksanya.” “Kita tidak sedang memasuki Perang Dingin baru dan China bukan musuh kita, bukan lawan kita,” kata Stoltenberg.

“Tetapi kita perlu menangani bersama-sama, sebagai aliansi, berbagai tantangan yang dimunculkan China terhadap keamanan kita.” Biden juga mengadakan pertemuan di sela-sela pembicaraan pada hari Senin dengan presiden Estonia, Latvia dan Lithuania, yang disebut Sullivan sebagai “contoh kuat pemerintahan demokratis di sisi timur NATO.” Biden tiba di Brussels hari Minggu menjelang pertemuan NATO serta pertemuan puncak AS dengan para pemimpin Uni Eropa pada hari Selasa.