Kenaikan Harga Bahan Bakar Hentikan Laju Permintaan Minyak India

0
82

JAVAFX – Harga bensin dan solar mencapai rekor tertinggi, berdampak pada terhentinya pemulihan permintaan bahan bakar di India sepanjang bulan Februari, dimana konsumsi minyak turun 5 persen ke level terendah sejak September tahun lalu, demikian pemerintah menunjukkan data tersebut di hari Jumat (12/03/2021).

Dikabarkan bahwa konsumsi solar sebagai bahan bakar yang paling banyak digunakan di India mengalami penurunan sebesar 8,5 persen, sementara permintaan bensin turun 6,5 persen, demikian menurut data Kementerian Perminyakan, sebagaimana dikutip oleh PTI. Bulan lalu, harga bensin dan solar di India sebagai negara importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia justru melonjak ke rekor tertinggi, tetapi penyuling milik negara pada akhirnya menghentikan kenaikan harga di SPBU.

Permintaan bahan bakar India baru saja mulai pulih hampir ke tingkat sebelum pandemi, tetapi kenaikan harga minyak tahun ini dan pajak bahan bakar mengirim harga bahan bakar ke rekor tertinggi. Rekor harga menimbulkan ancaman bagi pemulihan konsumsi dan risiko merusak target angka inflasi dan kebijakan moneter bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Pejabat tinggi India telah mengkritik dalam beberapa pekan terakhir aliansi OPEC + tentang “pemotongan buatan” untuk menaikkan harga minyak. India, yang bergantung pada impor untuk sekitar 80 persen dari konsumsi minyaknya, telah resah dengan harga minyak yang lebih tinggi, yang mendorong tagihan impor minyak dan inflasi domestiknya.

Pekan lalu, OPEC + mengejutkan pasar dengan memutuskan untuk tidak mengangkat produksi minyak mentah kolektif mulai April, hanya menyisakan sedikit pengecualian untuk Rusia dan Kazakhstan, seperti yang terjadi pada pertemuan Januari. India khawatir bahwa keputusan OPEC + untuk tidak mencabut produksi minyak dapat mengganggu pemulihan yang disebabkan oleh konsumsi dalam permintaan minyak, Menteri Perminyakan India Dharmendra Pradhan mengatakan setelah pertemuan aliansi.

India juga dilaporkan meminta penyulingan milik negara untuk secara agresif melakukan diversifikasi impor dari Timur Tengah, karena importir minyak terbesar ketiga dunia tidak senang dengan pasar minyak yang lebih ketat dan harga minyak yang lebih tinggi. “Kami meminta perusahaan untuk agresif mencari diversifikasi. Kami tidak bisa disandera oleh keputusan sewenang-wenang produsen Timur Tengah. Ketika mereka ingin menstabilkan pasar, kami mendukung mereka, ”sumber pemerintah mengatakan kepada Reuters minggu ini.

Harga minyak mentah AS, WTI menembus harga resistensi dalam satu minggu setelah China melaporkan angka Penjualan Ritel yang kuat, Produksi Industri untuk bulan Januari. Kenaikan ini menyusul kenaikan sebelumnya yang telah mengarah untuk menjebol batas resistensi utama dengan pijakan data ekonomi China yang bernada optimis. Minyak mentah WTI bergerak di sekitar $ 66,30, naik 1,0%, diawal perdagangan sesi Asia pada Senin (15/03/2021).

Selanjutnya harga diperkirakan masih akan naik dengan prasyarat penembusan yang jelas di atas $ 66,35 sebelum mengamati level tertinggi sejak akhir 2018 yang ditandai selama minggu lalu, sekitar $ 67,85-90. Ujian bagi kenaikan harga selanjutnya ada di kisaran $ 68,00.

Sementara itu, gerak balik arah mungkin terjadi paska kenaikan ini dan harga minyak akan mengincar $ 65,50 hingga $ 65,00 akan menjadi hal yang sulit untuk ditembus oleh aksi jual WTI. Meski demikian, tekanan yang terjadi bisa mendorong penurunan lebih lanjut pada harga $ 63,15 dan terendah bulanan di sekitar harga $ 59,20-15 akan menarik perhatian pasar.