Harga Emas Berusaha Tegar di Awal Pekan

0
741

JAVAFX – Harga emas berusaha tegar di awal perdagangan pekan ini menghindari aksi ambil untungnya sehingga kami melihat bahwa emas kemungkinan besar masih bisa menjauhi kembali level psikologis emas di $1300 pertroy ounce dimana emas sendiri tidak berharap juga bahwa fundamental ekonomi AS bisa membaik dan sisi reformasi pajak AS ada kemelut lagi.

Seperti kita ketahui bahwa pasar di perdagangan akhir pekan kemarin, kondisi greenback berhasil menahan kenaikan emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,00 atau 0,08% di level $1258,10 per troy ounce. Untuk perdagangan mingguan, logam mulia emas mengalami penurunan 0,7%.

Menurut kami kondisi tren emas masih bisa dikatakan tetap negatif meski ada kondisi aksi beli yang tipis di akhir perdagangan mingguan kemarin karena dukungan akan lolosnya RUU pajak tersebut dengan kembalinya beberapa anggota Senat Republik yang setuju reformasi pajak ini diundang-undangkan.

Sejauh ini situasi reformasi pajak memang akan segera mendapatkan kata sepakat untuk menjadi undang-undang pajak yang baru di AS, namun hal tersebut sudah tidak akan merubah pandangan investor di masa mendatang bagaimana laju PDB AS dan bagaimana dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintahan AS yang melebar.

Hasil Fed meeting yang lalu memang tidak mengejutkan banyak pihak bahwa suku bunga tetap naik 25 basis poin diiringi dengan akan naiknya suku bunga 3 kali lagi di tahun depan. Namun yang menjadi penarik perhatian adalah beberapa anggota rapat suku bunga tersebut kuatir dengan sulitnya kenaikan laju inflasi AS tersebut.

Paradigma baru telah muncul ketika suku bunga the Fed naik, dimana kondisi emas harus menguat, karena fokus kerja the Fed telah berubah dan membuat situasi ini tidak seperti biasa terjadi yaitu ketika suku bunga the Fed maka emas dan mata uang utama dunia lainnya melemah. Justru karena the Fed sekarang sedang mengurangi defisit neracanya, membuat dolar AS akan melemah disaat the Fed menaikkan suku bunganya.

Ini terjadi ketika bank sentral AS tersebut mengetatkan kebijakan moneternya, maka seharusnya bank sentral melepas cadangan emasnya, namun ternyata sekarang tidak melepasnya karena emas masih diperlukan ketika terjadi penyempitan neraca bank sentral demi keseimbangan aktiva dan pasiva bank sentral.

Apalagi bank sentral AS juga sedang kuatir dengan tingkat inflasi yang susah untuk bangkit sehingga dapat dipastikan the Fed harus hati-hati mengatur irama laju PDB-nya dengan suku bunga agar inflasinya tidak menurun tajam. Memang irama suku bunga sebuah negara harus menyelaraskan antara laju PDB dengan laju inflasi agar keselarasan dan keseimbangan kinerja ekonomi tetap terjaga. Inilah yang membuat dolar AS sendiri tidak akan menguat terus-menerus akhir-akhir ini.

Seperti kita ketahui emas sendiri sudah naik lebih dari 9% di tahun ini, padahal suku bunga the Fed sudah naik 3 kali di tahun ini juga, sehingga dapat dipastikan pada tahun depan yang rencananya 3 kali lagi the Fed menaikkan suku bunganya, maka potensi penguatan emas memang masih ada.

Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Bloomberg