JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(21/11/2017), harga emas sepertinya terbantu dengan mulai panasnya situasi di Korea Utara, sehingga kemungkinan besar akan mendekati kembali level psikologisnya di $1300 pertroy ounce pada perdagangan Selasa ini meskipun ada penghalang data-data ekonomi AS di pekan ini seakan berupaya untuk bisa memberi keterbatasan ruang beli emas.
Seperti kita ketahui situasi politik di Jerman sebagai negara ekonomi terkuat di Uni Eropa, sedang diuji keteguhannya oleh greenback sehingga greenback dapat memberikan tekanan yang sempurna kepada emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $19,80 atau 1,53% di level $1276,70 pertroy ounce.
Tren pergerakan emas di awal pekan lalu seakan tersudut oleh situasi politik di Jerman tersebut, sehingga kami perkirakan bahwa rasa itu hingga hari ini masih ada meskipun investor sedang melakukan pertanyaan yang rinci ketika data-data ekonomi AS dengan rasa kurang mantap dalam menatap kenaikan suku bunga the Fed di Desember nanti.
Kami sendiri yakin bahwa suku bunga the Fed di Desember pertengahan nanti pasti naik, namun sebaiknya emas sendiri tidak terlalu melemah. Mengacu dari pernyataan beberapa pejabat the Fed sendiri telah berhasil mengombang-ambingkan perasaan investor dunia dimana ada pihak yang pro-kenaikan suku bunga dan ada pula pejabat the Fed yang anti suku bunga dinaikkan.
Sejauh ini ketua Janet Yellen telah tegas menghadapi hal ini, bahwa publik harus konsisten memegang teguh terhadap hasil dari Fed meeting atau biasa disebut Fed minutes, karena menurut Yellen bahwa dirinya mempunyai tugas memegang teguh hasil rapat tersebut demi kelancaran kebijakan moneternya hingga Februari nanti. Yelken sendiri dikabarkan akan mengundurkan diri sebagai anggota the Fed demi memberikan keleluasaan kepada Trump untuk memperbaiki bank sentral AS tersebut.
Masalah pajak memang menjadi kontroversi hati investor beberapa bulan ini, dimana yang patut dipastikan adalah dengan adanya reformasi fiskal nanti, maka dolar AS bisa menguat tajam. Namun disisi lain banyak kalangan tidak ini terjadi. Karena menurut balance of payment parity atau teori keseimbangan mata uang berdasar neraca pembayaran, tampaknya dolar AS sedang menuju ke arah overvalue, atau kemahalan, sehingga ini membuat defisit anggaran AS akan lebih lebar, dan ini akan memberatkan langkah ekonomi Trump di masa mendatang terutama berkaitan dengan belanja pemerintahnya.
Hari ini memang ada beberapa data penting, namun nampaknya fokus ke Merkel masih susah untuk dipalingkan, setidaknya ada beberapa poin penting seperti negoisasi perundingan NAFTA, progres dari reformasi pajak AS dan penyelidikan kampanye Trump, bisa menjadi titik kulminasi perdagangan hari ini.
Namun nampaknya Korea Utara bisa memanas sewaktu-waktu ketika Trump memasukkan negara Korea tersebut didalam list negara penyokong terorisme sehingga ancaman safe haven bisaa muncul sewaktu-waktu.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: CNBC