Twitter mengatakan bisa mencabut beberapa fitur khusus yang tersedia di akun Presiden AS Donald Trump, ketika Presiden terpilih Joe Biden menjabat mulai 20 Januari.
Cuitan-cuitan terbaru Trump yang menuding adanya kecurangan dalam pemilu 3 November, telah diberi peringatan oleh Twitter, seperti misalnya, “Klaim mengenai kecurangan pemilih ini disengketakan.” Biasanya, Twitter akan menghapus cuitan semacam itu, tapi memberi perlakukan agak berbeda kepada pemimpin dunia.
“Fungsi penting dari layanan kami adalah menyediakan tempat di mana orang-orang bisa secara terbuka dan publik merespon para pemimpin mereka dan membuat para pemimpin itu bertanggungjawab,” kata juru bicara Twitter kepada kantor berita Bloomberg.
“Dengan pertimbangan ini, ada kasus-kasus tertentu di mana publik berkepentingan untuk mengakses cuitan tertentu, meskipun sebenarnya melanggar peraturan kami,” tambah pernyataan itu.
Namun, kebijakan ini tidak berlaku pada mantan pemimpin, kata Twitter kepada kantor berita Reuters.
“Kerangka kebijakan ini berlaku pada para pemimpin dunia sekarang ini dan kandidat pemimpin, dan bukan warga biasa yang tidak lagi menduduki jabatan itu,” kata juru bicara Twitter kepada Reuters dalam pernyataan.
Trump menolak mengalah dalam pemilu, menuding adanya kecurangan.
Dia menggugat beberapa negara bagian terkait apa yang dikatakannya penyimpangan dalam pemilu dan penghitungan suara.
Organisasi-organisasi media, termasuk VOA, telah memproyeksikan Biden sebagai pemenang pilpres, dengan 279 suara elektoral.