Dirjen WHO isolasi mandiri setelah kontak erat dengan pasien COVID-19

0
114
GENEVA, SWITZERLAND.- Photo taken on Jan. 22, 2020 shows an exterior view of the headquarters of the World Health Organization (WHO) in Geneva, Switzerland. The WHO on Wednesday night extended to Thursday its emergency talks on whether the novel coronavirus outbreak in China constitutes a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan ia menjalani isolasi mandiri selama beberapa hari setelah mengetahui dirinya telah bertemu dan berinteraksi dengan seseorang yang terkonfirmasi positif COVID-19. “Saya telah teridentifikasi sebagai kontak erat seseorang yang positif kena COVID-19. Kondisi saya saat ini baik dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun,” kata Ghebreyesus lewat tayangan langsung yang disiarkan saat jumpa pers rutin di Markas WHO, Jenewa, Senin (2/11) waktu setempat. Dalam kesempatan itu, ia memastikan tidak ada kegiatan dan program WHO yang berubah selama ia menjalani karantina. Pasalnya, ia tetap akan bekerja dari ruang isolasi dan terus berkomunikasi dengan pejabat tinggi serta staf lainnya yang masih bekerja di Markas WHO atau tempat lainnya. “Ini saat yang sangat penting bagi kita semua untuk patuh terhadap protokol kesehatan,” ujar dia seraya menambahkan hanya dengan tunduk terhadap aturan maka warga dunia dapat bersama-sama memutus rantai penularan virus corona baru dan melindungi sistem kesehatan di masing-masing negara, yang beberapa di antaranya telah kewalahan menghadapi lonjakan pasien COVID-19. Saat menyampaikan sambutan dari ruangan karantina, Ghebreyesus turut memperingatkan adanya lonjakan kasus positif di beberapa negara Eropa dan Amerika Utara. Lonjakan kasus positif dapat mempengaruhi kapasitas tenaga kesehatan untuk terus merawat pasien COVID-19, kata Ghebreyesus. “Dalam situasi kritis, tenaga kesehatan akan dihadapkan pada pilihan sulit, khususnya untuk menentukan pasien mana yang perlu jadi prioritas,” ujar dia. Oleh karena itu, ia mendorong seluruh negara yang masih menghadapi COVID-19 agar mengalokasikan lebih banyak dana demi memperkuat sistem layanan kesehatan selama situasi pandemi. “Sistem kesehatan dan kesiapan (menghadapi pandemi, red) bukan hanya investasi untuk masa depan, tetapi keduanya merupakan dasar kita untuk menanggulangi wabah saat ini,” jelas Ghebreyesus. Data WHO per 2 November 2020 menunjukkan ada total 440.557 kasus baru dalam waktu 24 jam terakhir sehingga jumlah pasien positif COVID-19 di seluruh dunia mencapai 46.

403

652 orang.

Dari jumlah itu, 1.198.

569 di antaranya meninggal dunia.