JAVAFX – Analisa fundamental di hari Senin(16/10/2017), titik balik harga emas terpantau lagi pada perdagangan awal pekan ini dimana harga emas masih dapat bertahan diatas level psikologisnya di $1300 pertroy ounce ataukah sebagai bentuk pertemuan terakhir level psikologis tersebut.
Pendukung tersebut adalah gejolak politik pekan lalu, kemungkinan masih akan terus berlanjut di pekan ini seiring dengan makin memanasnya situasi geopolitik Korea dan Catalunya yang masih terdapat tarik-ulur kedaulatannya juga masih dapat melemahkan dolar AS sewaktu-waktu juga.
Sehingga situasi seperti itu dapat memunculkan aksi-aksi safe haven atau bisa dikata melemahkan posisi dolar AS, sehingga menguntungkan mata uang yang mempunyai resiko kecil dan emas, sebagai bagian pengamanan sementara investasinya, sehingga risk appetite atau aset-aset yang beresiko untuk sementara segera ditinggalkan sejenak. Kondisi ini mungkin masih terjadi hingga hasil data Fed’ Beige Book.
Seperti kita ketahui akhir pekan lalu, dolar AS alias greenback mengalami tekanan setelah beberapa data inflasi dan penjualan ecerannya kurang sesuai keinginan pasar, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $8,10 atau 0,62% di level $1304,60 pertroy ounce. Untuk perdagangan mingguan, komoditi logam mulia jenis emas mengalami kenaikan sebesar 2,3%.
Semalam, chairwoman the Fed Janet Yellen kembali menegaskan bahwa ekonomi AS melaju dengan moderat, sehingga membutuhkan sebuah rencana matang agar ekonomi AS tidak lepas kendali secara sendirian sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan di pasar global.
Kami juga melihat hal ini memang membutuhkan kenaikan suku bunga setelah melihat penjualan eceran AS dan masih ketatnya suku bunga serta membaiknya keyakinan konsumen. Yang pasti Yellen juga berhati-hati bahwa kemampuan bank sentral AS ini tetap dijaga keselarasan menuju situasi suku bunga yang netral. Kondisi netral bisa diartikan antara kemampuan keuangan bank sentral yang diwakili neracanya, serta menjaga kestabilan ekonomi yang diwakili laju PDB dan inflasi atau bisa dibaca tingkat suku bunganya sehingga kesinambungan ekonomi AS tetap kokoh menghadapi segala kondisi.
Yang menjadi pertanyaan investor bahwa ada kesan memang suku bunga the Fed harus naik, namun the Fed tidak mau nilai dolar AS menguat tajam sehingga kita juga perlua tahu diri ketika hembusan kenaikan suku bunga membuat dolar AS menguat kencang, maka tidak lama kemudian akan muncul sebuah verbal intervensi atau data intervensi yang menahan gejolak penguatannya.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Business Insider