Yen Diburu Investor Ketika Corona Meluas

0
189
Tokyo, Japan, May 12, 2016: City street day life with crowd people on zebra crosswalk in Shinjuku town. Shinjuku is a special ward located in Tokyo for shopping day and night sightseeing.

JAVAFX – Pada perdagangan mata uang utama hari Senin (9/3), Yen Jepang terpantau melonjak 1,6% ke level tertinggi lebih dari tiga tahun karena meluasnya jangkauan virus corona hingga ke seluruh dunia membuat investor berebut untuk mencari tempat aman, sementara mata uang yang terpapar minyak jatuh setelah Arab Saudi memangkas harga jualnya.

Pada awal perdagangan di hari Senin, yen menembus 104 per dolar dan terus naik setinggi 103,52 per dolar.

Mata uang Jepang dianggap sebagai tempat yang aman berdasarkan status negara sebagai kreditor terbesar di dunia.

Ekonomi Jepang menyusut lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat karena penurunan yang lebih besar dalam pengeluaran bisnis, memberikan bayangan yang lebih dalam atas prospek ketika virus corona menekan produksi dan meningkatkan risiko resesi.

Sementara yen melonjak, dolar melemah terhadap euro karena perdagangan berjangka AS menunjukkan imbal hasil 10-tahun runtuh di bawah 0,5% (TYc1) secara efektif menghapus salah satu daya tarik terbesar dolar.

Euro (EUR =) terakhir berdiri di level tertinggi dalam 8 bulan di level $1,1380.

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona kini mencapai 107.000 di seluruh dunia ketika wabah menyerang hampir mencapai lebih banyak negara dan menyebabkan lebih banyak gangguan ekonomi dunia.

Italia memerintahkan penutupan sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk ibukota keuangan Milan.

Harga minyak jatuh, turun lebih dari 20% setelah Arab Saudi, eksportir utama dunia, berjanji untuk meningkatkan produksinya secara signifikan setelah jatuhnya perjanjian pemutusan pasokan OPEC dengan Rusia.

Kontraksi yang lebih dalam dan virus telah memicu kekhawatiran perekonomian Jepang yang terlihat pada kontrak pertumbuhan selama dua kuartal berturut-turut pada kuartal saat ini, didefinisikan sebagai resesi teknis, menumpuk tekanan pada pembuat kebijakan untuk menerapkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut.

Ekonomi Jepang menyusut 7,1% tahunan pada Oktober-Desember, penurunan terbesar sejak April-Juni 2014 dan lebih lemah dari pembacaan awal kontraksi tahunan 6,3%. Jika dibandingkan, angka tersebut dengan perkiraan median ekonom untuk penurunan 6,6%.

Belanja modal turun 4,6% dari kuartal sebelumnya, lebih buruk dari penurunan awal 3,7% dan dibandingkan dengan perkiraan median untuk penurunan 4,3%.

Pengeluaran bisnis telah menjadi satu-satunya titik terang dalam ekonomi Jepang yang rapuh, dipimpin oleh investasi dalam teknologi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, namun, para analis memperingatkan bahwa penyebaran corona yang meluas secara global kini telah memukul keras perekonomian dunia.